Jumlah korban tewas akibat baku tembak antara polisi Brasil dan geng narkoba di Rio de Janeiro terus meningkat. Hingga kini, diperkirakan 128 orang kehilangan nyawa dalam insiden yang terjadi selama operasi besar-besaran terhadap salah satu geng paling berbahaya di Brasil, Comando Vermelho. Seperti dilaporkan oleh portal berita G1 pada Rabu, 29 Oktober 2025, situasi ini mengguncang masyarakat setempat dan menarik perhatian luas dari media internasional.
Operasi oleh Kepolisian Rio de Janeiro ini berlangsung pada Selasa, 28 Oktober, melibatkan sekitar 2.500 petugas. Aksi ini ditujukan untuk menumpas peredaran narkoba yang kian merajalela di permukiman padat penduduk, yang dikenal dengan istilah favela. Laporan menunjukkan bahwa warga di wilayah utara Rio telah membawa puluhan jasad ke luar untuk diidentifikasi, menambah ketegangan di area yang sudah terzona konflik.
Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengungkapkan bahwa operasi tersebut tidak hanya mengakibatkan banyaknya korban tewas, tetapi juga menyita sejumlah besar senjata dan narkoba. Berdasarkan penyelidikan sementara, setidaknya 60 orang, termasuk empat polisi, tewas dalam baku tembak intens yang melibatkan tembakan dan granat dari pihak tersangka. “Polisi menghadapi perlawanan keras, termasuk serangan dengan drone,” kata Castro dalam pernyataannya.
Dalam operasi ini, aparat berhasil menangkap 81 orang dan menyita 42 senjata api. Upaya polisi difokuskan pada kompleks Alemao dan da Penha, dua area rawan yang merupakan basis operasi untuk jaringan narkoba. Gubernur Castro, yang merupakan sekutu politik mantan presiden Jair Bolsonaro, menyatakan bahwa tindakan tegas diperlukan untuk menanggulangi kekerasan yang mengganggu stabilitas dan keamanan masyarakat.
Kondisi di lapangan sangat mengkhawatirkan. Banyak warga merasa terjebak di antara baku tembak yang terjadi, dengan beberapa dari mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, tidak sedikit pula yang terpaksa tetap berada di rumah mereka untuk melindungi diri dan barang-barang mereka dari kemungkinan kerusakan selama operasi. Warga lokal mengungkapkan bahwa situasi ini menciptakan rasa ketakutan yang mendalam, dan mereka berharap pemerintah dapat mengambil langkah yang lebih komprehensif untuk menangani masalah narkoba dan kekerasan.
Sebagai informasi tambahan, dalam konteks ini, peredaran narkoba di Brasil, terutama di Rio de Janeiro, telah menjadi masalah yang sangat kompleks dan berakar. Geng-geng seperti Comando Vermelho bukan hanya terlibat dalam narkotika, tetapi juga dalam penyuapan, pemerasan, dan kejahatan terorganisir lainnya. Ini menunjukkan perlunya solusi yang melibatkan banyak aspek, bukan hanya operasi penegakan hukum semata.
Walau tindakan tegas diperlukan, banyak pihak berpendapat bahwa pendekatan yang lebih holistik—termasuk pendidikan, perawatan kesehatan, dan kesempatan kerja—sangat diperlukan untuk menangani masalah yang mendasar. Situasi ini mencerminkan tantangan besar yang harus dihadapi Brasil dalam menciptakan masyarakat yang aman dan bebas dari kekerasan akibat narkoba.
Insiden ini menyoroti ketidakstabilan yang terus menerus di Rio de Janeiro, di mana konflik antara aparat keamanan dan geng-geng narkoba menjadi rutinitas yang tragis. Dengan meningkatnya jumlah korban, harapan ada perubahan positif di lingkungan yang terguncang ini semakin terlihat kabur. Berita mengenai baku tembak ini menjadi pengingat bahwa masalah narkoba di Brasil bukan hanya tantangan bagi pemerintah, tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
