Swedia Usulkan Pajak Makanan Tak Ramah Lingkungan, Bisakah Indonesia Meniru?

Para ilmuwan Swedia kini mengusulkan pengenalan pajak baru untuk makanan yang berdampak tinggi terhadap emisi karbon, seperti daging, sementara makanan yang lebih ramah lingkungan seperti buah, sayur, dan biji-bijian akan terbebas dari pajak. Rencana ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi daging hingga 19% dan memangkas emisi karbon mencapai 700.000 ton setiap tahun, setara dengan 8% emisi yang dihasilkan oleh kendaraan penumpang.

Pendekatan yang dijuluki “pajak pangan” ini tidak hanya sekadar soal harga, tetapi sebagai langkah konkret untuk melindungi kesehatan masyarakat dan masa depan iklim. Jörgen Larsson, peneliti dari Chalmers University of Technology, menyatakan bahwa pola makan saat ini tidak hanya berkontribusi pada masalah kesehatan tetapi juga memperburuk krisis iklim.

Perubahan Pola Makan Melalui Pajak

Ketika kebijakan ini diterapkan, diperkirakan harga daging sapi dan domba akan meningkat sekitar 25%, yang berakibat langsung pada pengurangan konsumsi daging. Dengan penurunan ini, Swedia berharap dapat mengubah kebiasaan makan masyarakat tanpa melarang konsumsi daging sepenuhnya. Larsson menambahkan bahwa fokus utama adalah mengurangi konsumsinya secara moderat, karena dampaknya signifikan untuk kesehatan individu dan lingkungan.

Skema Pajak yang Seimbang

Kebijakan pajak yang diusulkan termasuk dalam kategori "pergeseran pajak pangan." Makanan sehat seperti buah dan sayur akan bebas dari pajak pertambahan nilai, sementara produk berkaitan dengan dampak besar terhadap iklim akan dikenai pajak tambahan. Ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan, di mana kenaikan harga di satu sisi diimbangi oleh pengurangan beban pajak di sisi lain.

Sejarah menunjukkan bahwa fluktuasi harga dapat drastis mempengaruhi pola konsumsi. Sebagai contoh, harga daging sapi di Swedia menurun sekitar 50% pada 1990-an, yang berimbas pada lonjakan konsumsi daging hingga 50%. Hal ini menjadi indikasi bahwa penerapan pajak dapat berfungsi sebagai pendorong perubahan pola makan masyarakat.

Dampak Positif bagi Kesehatan dan Lingkungan

Laporan dari Komisi EAT-Lancet menunjukkan bahwa sekitar 15 juta kematian dapat dicegah setiap tahun jika masyarakat beralih ke pola makan yang berbasis nabati. Selain itu, pergeseran ini dapat mengurangi emisi pertanian global hingga 15%. Oleh karena itu, kebijakan semacam ini dipandang sebagai langkah realistis dan proaktif dalam menangani isu kesehatan dan lingkungan.

Apakah Model Ini Bisa Ditiru?

Pertanyaan muncul, apakah model pajak pangan Swedia ini dapat diterapkan di negara lain? Di negara dengan konsumsi daging tinggi, kebijakan semacam ini bisa menjadi alternatif. Namun, penyesuaian terhadap budaya dan pola makan setempat tetap menjadi kunci agar kebijakan ini efektif.

Penting juga untuk melibatkan masyarakat dalam proses sosialisasi kebijakan. Ketidakpahaman atau penolakan dari publik bisa menjadi penghalang. Dengan pendekatan yang edukatif, masyarakat diharapkan dapat memahami manfaat dari kebijakan ini bukan hanya terhadap lingkungan tetapi juga untuk kesehatan mereka sendiri.

Kesimpulan

Saat dunia berjuang untuk mengatasi perubahan iklim, inisiatif seperti pajak pangan di Swedia dapat memberikan model menarik yang bisa dijadikan referensi bagi negara lain. Dengan kombinasi antara kebijakan pajak dan edukasi masyarakat, harapannya adalah terbentuknya pola makan yang lebih sehat dan berkelanjutan di seluruh dunia. Masyarakat dituntut untuk bersama-sama berkontribusi, karena setiap perubahan kecil dapat membawa dampak besar bagi planet.

Source: www.suara.com

Berita Terkait

Back to top button