
Mantan kepala parlemen sekaligus kepala negara seremonial Korea Utara, Kim Yong Nam, menghembuskan nafas terakhir pada usia 97 tahun. Berita duka ini diumumkan oleh media pemerintah Korea Utara pada Selasa (4/11/2025), menyusul kematiannya pada hari Senin sebelumnya akibat kegagalan beberapa organ. Selama masa jabatannya, Kim Yong Nam menjadi figur penting dalam diplomasi Korea Utara dan berperan dalam banyak perkembangan politik negara tersebut.
Kim Yong Nam lahir pada tahun 1928 dan menjabat sebagai presiden presidium Majelis Rakyat Tertinggi dari 1998 hingga 2019. Dalam posisi ini, ia berfungsi sebagai kepala negara secara simbolis, meskipun perannya lebih bersifat seremonial di kemudian hari. Michael Madden, seorang pakar kepemimpinan Korea Utara dari Stimson Center, menyatakan bahwa meskipun statusnya lebih simbolis, Kim Yong Nam masih memiliki pengaruh yang signifikan dalam hubungan diplomatik Korea Utara berkat koneksi patronase yang dimilikinya.
Selama kariernya, Kim Yong Nam memegang berbagai posisi kunci di kementerian luar negeri dan membantu membentuk kebijakan diplomatik di bawah pendiri negara, Kim Il Sung. Dia kemudian tampil sebagai wakil Korea Utara dalam diplomasi internasional di era Kim Jong Il. Menurut Madden, Kim Yong Nam adalah satu-satunya pejabat senior yang tidak mengalami “penurunan pangkat, disiplin, atau pemecatan” selama rezim kedua pemimpin Korea Utara tersebut.
Di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, Kim Yong Nam tetap memainkan peran penting sebagai wajah diplomatik Korea Utara. Ia dikenal karena menyambut banyak tamu penting di Pyongyang dan menjadi kepala delegasi Korea Utara saat menghadiri Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan pada tahun 2018, di mana ia bertemu dengan Presiden Korea Selatan saat itu, Moon Jae-in. Pertemuan ini dianggap sebagai langkah signifikan dalam upaya memanas hubungan antar kedua Korea.
Sebagai penghormatan atas jasanya, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dikabarkan mengunjungi tandu jenazah Kim Yong Nam untuk menyampaikan belasungkawa pada pagi hari setelah kabar kematiannya. Rencana pemakaman kenegaraan untuk Kim Yong Nam diumumkan, menunjukkan betapa pentingnya peran yang ia mainkan dalam sejarah politik Korea Utara.
Kim Yong Nam dikenal luas sebagai diplomat berpengalaman yang membawa suara Korea Utara ke dunia internasional, mewakili negara yang seringkali terisolasi dan dihadapkan pada kritik global. Perannya yang berkepanjangan dalam mengelola hubungan luar negeri tidak hanya membantu negara tersebut dalam mengatasi diplomasi, tetapi juga dalam memperkenalkan wajah yang lebih manusiawi dari rezim yang paling dikenal dengan ketegangan dan konfliknya.
Kehilangan Kim Yong Nam meninggalkan kekosongan di kalangan elit politik Korea Utara, terutama dalam konteks hubungan luar negeri. Banyak pengamat berpendapat bahwa figur seperti Kim Yong Nam sebenarnya dibutuhkan untuk menjembatani komunikasi antara Korea Utara dan dunia luar, mengingat situasi politik yang terus berubah dan kompleks.
Sebagai generasi terakhir dari era pendiri negara, Kim Yong Nam menjadi simbol transisi bagi Korea Utara menuju generasi kepemimpinan yang lebih baru dan lebih dinamis. Meskipun perannya sering dianggap seremonial, penguasaan diplomatik dan koneksi politiknya tidak bisa dipandang sebelah mata. Dalam lima dekade lebih melayani negeri, ia mampu bertahan di tengah berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi negara.
Sebagai penutup, kehidupannya yang penuh warna dan dedikasi pada diplomasi akan terus dikenang. Kim Yong Nam telah mengukir namanya dalam sejarah Korea Utara dan meninggalkan jejak yang akan sulit dilupakan.
Baca selengkapnya di: news.okezone.com




