Pemerintahan Donald Trump baru-baru ini mengumumkan keputusan kontroversial. Mereka membuka Suaka Margasatwa Arktik Nasional seluas 630 ribu hektar untuk eksplorasi pengeboran minyak dan gas. Keputusan ini langsung menuai reaksi keras dari berbagai kalangan.
Suku Gwich’in, yang tinggal di sekitar kawasan tersebut, menentang keras kebijakan ini. Mereka menganggap dataran pantai Arktik sebagai wilayah spiritual yang harus dilindungi. Suku ini khawatir habitat rusa Porcupine, yang merupakan sumber pangan dan bagian penting dari budaya mereka, akan terancam. Pada sisi lain, sebagian penduduk Iñupiaq mendukung proyek tersebut demi peningkatan ekonomi lokal.
Menteri Dalam Negeri AS, Doug Burgum, menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan penjualan izin sewa bagi perusahaan energi, diharapkan ada peningkatan kesejahteraan di kawasan yang selama ini terisolasi. Namun, penolakan dari aktivis lingkungan mengemuka dengan alasan bahwa langkah ini mengutamakan kepentingan bisnis dibandingkan hak-hak masyarakat adat dan pelestarian alam.
Banyak organisasi lingkungan menilai kebijakan ini berisiko dan berpotensi merusak ekosistem. Aktivis dari The Wilderness Society, Meda DeWitt, menyoroti bahwa keputusan ini mengorbankan budaya dan kesehatan lingkungan demi kepentingan ekonomi jangka pendek.
Namun, bagi sebagian pemimpin komunitas lokal, terutama di Kaktovik, eksploitasi minyak dapat dilakukan secara bertanggung jawab. Charles “CC” Lampe, Presiden Kaktovik Iñupiat Corp., menegaskan bahwa kebijakan ini dapat mendukung kesuksesan jangka panjang komunitas mereka.
Interaksi antara dua kepentingan ini terus memacu perdebatan. Satu sisi mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara sisi lain memperjuangkan pelestarian lingkungan. Inisiatif pemerintah untuk membangun jalan penghubung di Alaska juga menjadi sorotan. Proyek ini, meski diklaim sebagai langkah kemanusiaan, mendapat penolakan dari masyarakat adat yang khawatir akan dampaknya terhadap habitat unggas migrasi.
Senator Republik, Lisa Murkowski, yang mendukung proyek tersebut, menegaskan bahwa pembangunan tidak akan dilakukan secara besar-besaran. Namun, aktivis memiliki pandangan berbeda. Mereka berencana untuk membawa permasalahan ini ke pengadilan, menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi sering kali bertentangan dengan tanggung jawab pelestarian lingkungan.
Pengeboran minyak di kawasan Arktik menjadi simbol pertarungan antara keuntungan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Bagi masyarakat adat, tanah tersebut bukan hanya sekadar sumber daya alam. Ini adalah tempat di mana kehidupan, budaya, dan spiritual mereka tumbuh.
Keputusan ini menunjukkan betapa kompleksnya perdebatan antara pelestarian lingkungan dan kebutuhan ekonomi. Isu ini akan tetap menjadi perhatian, baik bagi komunitas lokal maupun aktivis lingkungan. Sementara itu, penggunaan sumber daya alam di Arktik tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi secara bijak.
Baca selengkapnya di: www.suara.com