Paus Leo Pujian: Romo Budi, Imam Indonesia, Kembali Sebut Pengalaman Spiritual Seperti Terbang ke Langit!

Paus Leo XIV baru-baru ini memberikan pujian yang mendalam kepada Romo Aloys Budi Purnomo Pr, imam asal Keuskupan Agung Semarang. Dalam pertemuan yang berlangsung di Vatikan, Romo Budi mengungkapkan pengalaman yang sangat berarti, yang membuatnya merasa "serasa terbang ke langit".

Pertemuan ini terjadi dalam rangka perayaan 60 tahun dokumen Nostra Aetate. Dokumen penting ini dihasilkan oleh Konsili Vatikan II pada tahun 1965, yang mengatur hubungan Gereja Katolik dengan agama-agama lain. Romo Budi hadir sebagai Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia. Ia mendampingi Mgr Christophorus Tri Harsono, ketua Komisi Hubungan Antaragama.

Romo Budi mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada banyak pihak yang telah membantunya mencapai momen ini. Mulai dari Mgr Tri Harsono hingga Dubes Trias Kuncahyono. Tanpa dukungan mereka, ia merasa tidak mungkin dapat bertemu dengan Paus Leo XIV.

Selama pertemuan tersebut, Romo Budi tidak hanya berkesempatan untuk berbincang. Ia juga menyerahkan dua buku karyanya kepada Paus. Buku-buku tersebut mengandung refleksi akademis mengenai kepemimpinan interreligius berdasarkan ensiklik Laudato Si’. Ini menunjukkan komitmennya untuk membangun dialog antaragama yang lebih baik.

Romo Budi memperkenalkan dirinya di hadapan Paus dengan penuh rasa hormat. “Holy Father, I’m Aloys Budi Purnomo, diocesan priest of Semarang, Indonesia,” ujarnya. Respon hangat dari Paus saat melihat buku tersebut sangat membahagiakannya. Paus Leo XIV menyatakan kekagumannya terhadap upaya tersebut dengan ungkapan, "Oh, this is very important for the future."

Pengalaman emosional ini membuat Romo Budi merasa tersentuh dan penuh kebahagiaan. Ujarannya dengan mata berbinar, “Bahagia, serasa terbang ke langit.” Hal ini menunjukkan betapa spesialnya momen tersebut baginya.

Dalam lokus yang lebih luas, Romo Budi telah lama menghidupi semangat Nostra Aetate. Ia menjabat sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama selama sebelas tahun. Dalam kapasitas ini, ia berusaha memfasilitasi dialog antaragama yang lebih konstruktif dan penuh makna.

Kedua buku yang diserahkan kepada Paus adalah disertasi dengan judul A Model of Interreligious Ecotheological Leadership Based on the Laudato Si’ Encyclal in the Context of the North Kendeng Mountain Community dan kumpulan artikel ilmiah. Melalui karya-karya ini, Romo Budi berharap agar dialog antaragama tidak hanya terhenti pada wacana, tetapi benar-benar menjadi aksi yang konkret.

Romo Budi juga menekankan pentingnya menerapkan ajaran Nostra Aetate. Dialog antaragama harus dilakukan dengan iman, harapan, dan kasih, tanpa adanya diskriminasi. Upaya ini dinilai penting dalam menjaga keberagaman masyarakat.

Momen berharga ini berfungsi sebagai pengingat bagi semua pihak, akan pentingnya kerukunan dan kolaborasi antaragama. Romo Budi berharap semua orang bisa bersama-sama merawat bumi. Semangat keberagaman dan penghargaan terhadap semua iman menjadi pondasi untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan demikian, pertemuan ini bukan hanya tentang dua individu; tetapi juga mencerminkan upaya kolektif dalam menjembatani perbedaan dan merawat hubungan antaragama. Harapan Romo Budi adalah agar semangat Nostra Aetate dapat berakar kuat dalam pikiran dan tindakan umat manusia. Dialog antaragama yang diharapkan mampu meminimalkan konflik dan mempromosikan saling pengertian di antara berbagai komunitas.

Baca selengkapnya di: www.beritasatu.com
Exit mobile version