
Sepasang pesawat pengebom B-52 milik Amerika Serikat (AS) baru saja terbang di atas Laut Karibia dekat Venezuela. Kejadian ini terjadi pada hari Kamis dan merupakan aksi unjuk kekuatan keempat dalam beberapa pekan terakhir terhadap rezim Presiden Nicolás Maduro.
AS mengklaim penerbangan pesawat ini sebagai bagian dari operasi anti-narkoba. Namun, banyak yang berpendapat bahwa tujuan utama di baliknya adalah untuk menggulingkan pemerintahan Maduro. Penerbangan tersebut memicu kekhawatiran di Caracas akan potensi intervensi militer lebih lanjut.
Data dari situs pelacakan Flightradar24 menunjukkan bahwa kedua B-52 terbang sejajar dengan pesisir Venezuela. Mereka kemudian berputar ke timur laut Caracas sebelum kembali menyusuri pantai dan melanjutkan penerbangan ke arah laut. Hal ini menambah ketegangan yang sudah tinggi dalam hubungannya antara AS dan Venezuela.
Peningkatan Aktivitas Militer AS
Kegiatan ini bukanlah yang pertama. Sejak pertengahan Oktober, penerbangan pesawat militer AS di dekat Venezuela telah terjadi beberapa kali. B-52 sebelumnya juga terbang di zona yang sama. Selain itu, pesawat pengebom B-1B juga terlihat beroperasi di sekitar wilayah tersebut.
Di sisi lain, AS juga mengerahkan kelompok tempur kapal induk USS Gerald R. Ford ke Amerika Latin. Jet tempur siluman F-35 turut dipindahkan ke Puerto Riko, sementara enam kapal Angkatan Laut AS beroperasi di Karibia. Semua aksi ini diklaim sebagai usaha menanggulangi perdagangan narkoba.
Serangan terhadap Penyulundup
Operasi ini diklaim telah injinkan serangan terhadap 17 kapal yang diduga terlibat dalam penyelundupan narkoba sejak awal September. Dari serangan tersebut, setidaknya 67 orang dilaporkan tewas. Namun, hingga kini, AS belum merilis bukti konkret bahwa kapal-kapal tersebut benar-benar terlibat dalam kegiatan penyelundupan.
Kekhawatiran akan ancaman yang lebih besar tersirat dalam setiap tindakan militer yang dilakukan oleh AS. Venezuela meyakini bahwa semua ini bermuara pada upaya untuk menggulingkan rezim mereka. Hal ini semakin memperburuk ketegangan hubungan antar negara.
Reaksi Internasional
Reaksi internasional juga muncul atas aksi-aksi militer AS di sekitar Venezuela. Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam keras pengerahan kekuatan militer tersebut. Mereka menyatakan bahwa inti dari operasi ini merupakan pelanggaran terhadap hukum domestik dan internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyatakan, "Kami dengan tegas mengecam penggunaan kekuatan militer yang berlebihan dalam pelaksanaan operasi antinarkoba." Rusia menegaskan komitmennya untuk mendukung Venezuela dalam mempertahankan kedaulatan nasionalnya.
Dukungan Rusia untuk Venezuela
Dukungan Rusia terhadap Maduro terlihat melalui perjanjian kemitraan strategis yang ditandatangani antara Presiden Vladimir Putin dan Nicolás Maduro pada bulan Mei. Beberapa laporan juga menyebutkan bahwa Rusia telah mengerahkan sistem pertahanan rudal ke Caracas. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Venezuela terhadap ancaman eksternal.
Situasi yang Semakin Memanas
Ketegangan antara Venezuela dan AS semakin meningkat. Banyak yang memprediksi bahwa situasi ini dapat mengarah pada konflik terbuka jika tidak ada dialog yang konstruktif. Penerbangan pesawat militer dan manuver kapal perang hanya menambah ketidakpastian dalam kawasan tersebut.
Venezuela berusaha menunjukkan ketahanan menghadapi tekanan ini. Namun, dengan meningkatnya aktivitas militer AS, tantangan bagi Maduro dan pemerintahnya semakin berat. Ketidakpastian mengenai niat sebenarnya AS terus menjadi sorotan dalam isu-isu internasional.
Baca selengkapnya di: international.sindonews.com




