Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, mengecam langkah Kazakhstan yang ingin normalisasi hubungan dengan Israel dengan bergabung dalam Perjanjian Abraham. Dalam rilis pernyataan mereka pada 7 November 2025, Hamas menyebut tindakan tersebut sebagai legitimasi terhadap kekerasan yang dilakukan Israel.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 68.800 warga Palestina. Dalam pernyataannya, Hamas menekankan bahwa keputusan Kazakhstan untuk memperkuat hubungan dengan Israel adalah tindakan yang tidak dapat diterima dan memalukan. Hamas beranggapan bahwa langkah ini hanya memberikan dukungan kepada entitas yang mereka sebut sebagai “kriminal”.
Pernyataan resmi dari pemerintah Kazakhstan mengkonfirmasi rencana mereka untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham sebagai bagian dari kebijakan luar negeri. Pilihan ini tak lepas dari tren negara-negara Arab dan Muslim lainnya untuk menjalin hubungan diplomatik yang lebih dekat dengan Israel. Kazakhstan sendiri telah memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1992.
Di tahun 2020, Amerika Serikat memulai proses normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab. Proses ini melahirkan serangkaian dokumen yang dikenal sebagai Abraham Accords. Di antara negara-negara yang telah bergabung adalah Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.
Pemerintah Kazakhstan menyatakan bahwa keputusan ini sejalan dengan kebijakan untuk memperkuat posisi negara di kancah internasional. Dalam hal ini, mereka berupaya untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi dan keamanan. Sejumlah pejabat tinggi kedua negara telah bertemu untuk membahas langkah-langkah selanjutnya.
Hamas juga menyoroti arti penting dari keputusan ini dalam konteks situasi global saat ini. Ketegangan yang sudah terbangun antara Palestina dan Israel semakin mengemuka dengan adanya normalisasi hubungan antar negara. Organisasi ini berpendapat bahwa dukungan internasional terhadap isu Palestina sangat penting, terutama dalam menghadapi kebijakan agresif Israel.
Dalam pandangan Hamas, normalisasi hubungan antara Kazakhstan dan Israel hanya akan memperburuk kondisi masyarakat Palestina. Mereka meminta negara-negara lain untuk tidak mengikuti jejak Kazakhstan dan mempertahankan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Meskipun hubungan Kazakhstan-Israel telah terjalin selama lebih dari tiga dekade, keputusan untuk bergabung dengan Perjanjian Abraham mengubah dinamika yang ada. Kazakhstan berencana untuk memperkuat kerjasama dengan Israel dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi dan persekutuan strategis. Ini menunjukkan pergeseran yang mungkin tidak diterima dengan baik di kalangan negara-negara pendukung Palestina.
Di sisi lain, Hamas tetap berkomitmen untuk mengadvokasi hak-hak rakyat Palestina meskipun mendapat perlawanan dari berbagai pihak. Mereka menekankan bahwa dukungan terhadap isu Palestina harus terus dijaga, terutama di tengah upaya normalisasi yang muncul dari berbagai negara.
Perkembangan ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara negara-negara di kawasan dan dampaknya terhadap perjuangan Palestina. Reaksi keras dari Hamas mencerminkan kekhawatiran akan kemungkinan penurunan dukungan internasional terhadap isu Palestina. Dengan situasi yang semakin rumit, penting bagi semua pihak untuk mencermati langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara lain.
