
Putra bungsu mantan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, yakni Hannibal Gaddafi, akhirnya dibebaskan dari penjara setelah hampir sepuluh tahun ditahan di Lebanon. Pembebasan ini terjadi pada Senin, 10 November 2025. Hannibal ditahan tanpa proses peradilan terkait hilangnya seorang ulama Syiah, Imam Musa al-Sadr.
Hannibal diculik pada tahun 2015 oleh militan di Suriah. Saat itu, ia tinggal di sana bersama istri dan anak-anaknya. Pengasingan ini berlangsung setelah kematian ayahnya dalam pemberontakan Libya pada 2011. Menyusul penculikan tersebut, otoritas Lebanon menahan Hannibal pada tahun yang sama.
Tuduhan yang dilayangkan kepada Hannibal terkait informasi tentang nasib Imam Musa al-Sadr, yang hilang pada 1978. Saat ulama tersebut menghilang, Hannibal baru berusia dua tahun. Pengacara dan sejumlah organisasi hak asasi manusia menilai tuduhan tersebut tidak berdasar. Organisasi-organisasi tersebut menyebutnya sebagai tuduhan yang “palsu”.
Masalah kesehatan Hannibal semakin memburuk. Pada 2023, ia melakukan mogok makan sebagai bentuk protes terhadap penahanannya. Kondisi alaminya memerlukan perhatian medis intensif.
Pengadilan Lebanon akhirnya memutuskan untuk membebaskan Hannibal setelah jaminan dibayarkan. Awalnya, pengadilan menetapkan jaminan sebesar USD11 juta, tetapi kemudian menguranginya menjadi sekitar USD900 ribu setelah pengacara membantah besaran tersebut. Keputusan ini juga mencabut larangan bepergian bagi Hannibal.
Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) Libya yang dipimpin Abdulhamid al-Dbeibah menyatakan apresiasi kepada pemerintah Lebanon atas kerjasama yang memungkinkan pembebasan Hannibal. Hal ini juga menandai upaya untuk memperbaiki hubungan diplomatik antara kedua negara.
Kehilangan ulama Sadr yang berlangsung hampir setengah abad telah menimbulkan ketegangan antara Lebanon dan Libya. Pernyataan dari GNU menekankan niat tulus para pemimpin Lebanon untuk membangun kembali hubungan dan kerja sama di bidang politik, ekonomi, serta keamanan.
Pergeseran ini menjadi titik penting dalam hubungan bilateral kedua negara. Sebelumnya, status Hannibal Gaddafi menjadi simbol dari masa lalu yang kelam dan konflik yang belum sepenuhnya terpecahkan. Dengan dibebaskannya Hannibal, ada harapan agar kedua negara bisa melanjutkan dialog, menjalin kemitraan yang lebih baik, serta mengatasi masa lalu yang menyakitkan secara konstruktif.
Di pihak lain, masyarakat baik di Libya maupun Lebanon terus memantau perkembangan selanjutnya. Reaksi masyarakat cenderung beragam, mengingat beratnya beban sejarah yang dimiliki kedua negara.
Pembebasan Hannibal Gaddafi menjadi langkah awal menuju penyelesaian beberapa isu yang menghantui hubungan antara Lebanon dan Libya. Kini, kedua negara diharapkan mampu memperkuat kerjasama demi stabilitas dan kemakmuran wilayah.
Baca selengkapnya di: news.okezone.com




