Drama Trump vs Marjorie Greene: Tuduhan Pengkhianatan dan Telepon yang Tak Terjawab!

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terlibat perseteruan dengan Marjorie Taylor Greene, pentolan gerakan Make America Great Again (MAGA). Konflik ini muncul setelah kritik publik Trump terhadap Greene yang sebelumnya menjadi salah satu loyalisnya. Dalam beberapa unggahannya, Trump melontarkan kata-kata pedas, menyebut Greene "gila" dan "pengkhianat."

Perseteruan ini semakin memanas setelah Greene mengklaim bahwa retorika agresif Trump membahayakan keselamatannya. Politisi asal Georgia tersebut mengungkapkan bahwa ancaman terhadap dirinya meningkat setelah Trump mencemarkan namanya di media sosial. Dia menerima peringatan dari perusahaan keamanan mengenai potensi risiko terhadap dirinya.

Situs berita Politico melaporkan, Greene menggunakan platform sosial untuk mengekspresikan kegelisahannya. "Retorika agresif yang menyerang saya secara historis telah menyebabkan ancaman pembunuhan," tulisnya. Dia menambahkan bahwa ancaman tersebut semakin nyata kini setelah Trump melontarkan kritiknya.

Kritik Trump terhadap Greene

Dalam serangan media sosialnya, Trump tidak segan-segan melontarkan istilah kasar kepada Greene. Dia menyebutnya "orang gila yang suka mengomel" dan menyatakan bahwa dia merasa tidak dihubungi oleh kongreswan tersebut. "Dia adalah anggota Kongres yang ringan dan aib bagi Partai Republik," ujarnya dalam unggahan lanjutan.

Reaksi Greene semakin tajam ketika dia mengatakan bahwa agresi Trump mendorong troll internet radikal untuk menyerangnya. Dia merasa bahwa perilaku Trump tidak hanya mencemari reputasinya, tetapi juga menciptakan suasana yang berbahaya bagi anggota Partai Republik lainnya.

Pada saat bersamaan, tekanan dari pelbagai pihak membuat Greene bersikap lebih transparan. Dia menyatakan bahwa dia kini memahami betul apa yang dialami oleh para korban kejahatan seksual Jeffrey Epstein. Pengerahan wacana publik mengenai Epstein membuatnya lebih berhati-hati terhadap retorika politik di sekelilingnya.

Apa yang Ada di Balik Konflik Ini?

Keterlibatan Donald Trump dalam konflik ini bukanlah yang pertama kali. Menjadi tokoh berpengaruh di Partai Republik, trik politik seperti ini berpotensi merusak kohesi partai. Hal ini diperburuk dengan insiden di mana Greene bersama beberapa anggota Partai Republik lainnya menandatangani petisi untuk mendesak pemungutan suara terkait berkas Epstein.

Trump mengambil sikap berlawanan, menyebut kehebohan mengenai Epstein sebagai hoaks yang dipicu oleh Partai Demokrat. Dalam konteks ini, dukungan terhadap Greene mungkin mulai dipertanyakan, dan Trump memberi sinyal bahwa pemilih di daerah pemilihan Greene bisa mempertimbangkan calon lain di pemilihan mendatang.

Reaksi Publik dan Media

Perseteruan ini telah memicu respon luas dari para pendukung dan pengkritik di media sosial. Banyak pendukung Trump terutama dari kalangan sayap kanan memperkuat narasi politik yang mendiskreditkan Greene. Fenomena tersebut menciptakan suasana ketegangan di kalangan pendukung MAGA yang melihat perseteruan ini sebagai ancaman bagi gerakan mereka.

Reaksi dari Gedung Putih terhadap pertikaian ini belum disampaikan secara resmi. Hal ini mengindikasikan bahwa situasi ini masih berlanjut dan menjadi topik hangat dalam arena politik AS. Sementara itu, dinamika yang terbangun antara Trump dan Greene berpotensi mempengaruhi arah dukungan politik Partai Republik di masa depan.

Perdebatan ini mencerminkan kompleksitas hubungan dalam partai yang semakin terfragmentasi. Sementara Trump dan Greene berada di pihak yang sama dalam beberapa agenda, perselisihan ini menunjukkan kerentanan yang ada di kalangan anggota Partai Republik. Dalam jangka panjang, efek dari konflik ini akan terus diperhatikan oleh pengamat politik dan pendukung keduanya.

Baca selengkapnya di: international.sindonews.com

Berita Terkait

Back to top button