
Pemerintah Tiongkok baru-baru ini memberikan peringatan keras kepada warganya untuk tidak bepergian ke Jepang. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap komentar kontroversial dari Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, mengenai Taiwan. Peringatan ini menandakan ketegangan yang meningkat antara kedua negara.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok mencatat bahwa pernyataan provokatif mengenai Taiwan telah menciptakan risiko bagi keselamatan warga negara Tiongkok di Jepang. Langkah ini menunjukkan bahwa Beijing bersedia memanfaatkan pengaruh ekonominya dalam isu geopolitik. Meskipun mungkin bersifat simbolis, dampaknya cukup signifikan di lapangan.
Setelah pengumuman peringatan ini, beberapa maskapai penerbangan Tiongkok, seperti Air China dan China Eastern, menawarkan kebijakan pengembalian uang untuk penumpang yang memiliki tiket menuju Jepang. Hal ini menunjukkan dampak langsung terhadap sektor pariwisata Jepang yang bergantung pada kunjungan wisatawan Tiongkok.
Kementerian Pendidikan Tiongkok juga mengeluarkan imbauan kepada mahasiswa yang merencanakan untuk belajar di Jepang. Mereka diingatkan untuk mempertimbangkan situasi keamanan publik yang memburuk dan meningkatnya kejahatan yang menargetkan warga negara Tiongkok. Ini menambah daftar alasan untuk menghindari perjalanan ke Jepang.
Peningkatan perselisihan ini terjadi setelah Takaichi mengklaim bahwa serangan Tiongkok terhadap Taiwan akan mengancam kelangsungan hidup Jepang. Pernyataan itu tidak hanya menimbulkan respons diplomatik, tetapi juga reaksi militer dari Tokyo. Beijing menganggap Taiwan sebagai wilayahnya dan tidak segan-segan untuk menggunakan kekuatan militer untuk mengendalikan pulau tersebut jika dianggap perlu. Isu ini adalah salah satu yang paling sensitif dalam hubungan Tiongkok dengan negara lain.
Sejak Januari hingga September tahun ini, hampir 7,5 juta wisatawan Tiongkok telah mengunjungi Jepang. Angka ini mencerminkan ketergantungan ekonomi Jepang pada pasar wisatawan Tiongkok. Namun, kini sektor ini berpotensi terdampak negatif akibat ketegangan politik yang meningkat.
Kementerian Pertahanan Tiongkok juga mengeluarkan pernyataan bahwa Jepang akan mengalami kekalahan telak jika mencoba melakukan intervensi militer di Selat Taiwan. Peringatan ini menambah ketegangan yang telah berlangsung lama antara kedua negara.
Kota Hong Kong, sebagai Daerah Administratif Khusus Tiongkok, juga mengimbau warganya untuk berhati-hati saat berkunjung ke Jepang. Peringatan serupa ini menunjukkan adanya koordinasi dalam navigasi situasi yang semakin menegangkan.
Iran saat ini, perselisihan ini melonjak hanya dua minggu setelah Takaichi dan pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, bertemu untuk pertama kalinya. Pada pertemuan tersebut, kedua pemimpin sepakat untuk menjalin hubungan yang lebih konstruktif dan stabil. Namun, situasi ini menunjukkan betapa rapuhnya hubungan kedua negara.
Dengan meningkatnya ketegangan dan reaksi dari masing-masing pihak, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus memantau perkembangan situasi ini. Ketegangan ini bukan hanya berdampak pada aspek politik, tetapi juga berpengaruh terhadap sektor ekonomi dan sosial kedua negara. Terlebih, pengaruh besar yang dimiliki Tiongkok di seluruh dunia menambah kompleksitas dalam dinamika hubungan internasional yang semakin rumit.
Baca selengkapnya di: www.medcom.id




