
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mendesak Ukraina untuk menerima rencana yang diusulkannya demi mengakhiri perang dengan Rusia. Dalam pernyataannya, Trump mencatat bahwa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, “harus menyukainya,” merujuk pada rencana damai yang kini menjadi sorotan.
Trump menekankan pentingnya bagi Zelensky untuk mempertimbangkan tawaran tersebut. Ia mengatakan, “Pada titik tertentu, dia harus menerima sesuatu.” Pernyataan ini muncul saat pertemuan Trump dengan Wali Kota terpilih New York, Zohran Mamdani. Namun, pernyataan tersebut ternyata tidak disambut positif oleh Zelensky, yang dengan tegas menyatakan penolakannya.
Zelensky menolak rencana yang dianggapnya menguntungkan bagi Kremlin. Ia mengingatkan bahwa mengkhianati negara bukanlah pilihan. Sikap ini menunjukkan ketegangan yang masih kental antara Ukraina dan Rusia setelah invasi dimulai pada Februari 2022.
Dalam upayanya untuk mempercepat proses damai, Trump menetapkan tenggat waktu hingga 27 November. Tenggat waktu ini bertepatan dengan Hari Thanksgiving di Amerika Serikat. Dalam wawancaranya dengan Fox News Radio, Trump menjelaskan bahwa fleksibilitas tenggat waktu akan ada, tetapi 27 November dianggap waktu yang tepat untuk mendapatkan jawaban dari Ukraina.
Rencana yang diusulkan Trump mencakup beberapa poin krusial. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Ukraina diharuskan menyerahkan sebagian besar wilayah timur kepada Rusia.
2. Angkatan bersenjata Ukraina akan mengalami pengurangan drastis.
3. Ukraina berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO.
4. Ukraina tidak akan mendapatkan dukungan pasukan penjaga perdamaian Barat.
Trump berteori bahwa jika pertempuran terus berlanjut, Ukraina pada akhirnya akan kehilangan wilayah sesuai dengan rencana perdamaiannya. Ia berpendapat bahwa mengambil langkah akomodasi saat ini bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
Dalam perspektif Trump, serangan Rusia ke Ukraina adalah situasi yang seharusnya bisa dihindari. Ia menyebut bahwa Putin “menerima hukuman” atas konflik yang berlangsung hampir empat tahun ini. Trump meyakini bahwa Putin tidak mencari lebih banyak perang, menandakan harapan untuk meminimalisir konflik yang lebih luas di Eropa.
Namun, situasi ini menimbulkan dilema bagi Ukraina. Mempertahankan integritas wilayah versus tekanan internasional menjadi pilihan sulit yang harus dihadapi oleh Zelensky. Penolakannya untuk berdamai bisa berisiko, tetapi menyerah juga bisa dianggap sebagai pengkhianatan.
Penting untuk dicatat, bahwa ada kekhawatiran di kalangan para pemimpin global tentang implikasi kedamaian yang diusulkan Trump. Rencana ini menerima kritikan karena dianggap dapat melemahkan posisi Ukraina dalam menghadapi Rusia. Banyak pihak percaya bahwa Ukraina perlu mendapat dukungan lebih besar dari negara-negara Barat.
Pemerintah Ukraina kini berhadapan dengan pilihan sulit. Pada satu sisi, menghadapi tekanan dari AS, di sisi lain adalah kebutuhan untuk melindungi negara dan rakyatnya. Sementara itu, Trump terus berupaya memanfaatkan posisi Presiden untuk menegosiasikan akhir dari konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini.
Ketika perdebatan berlanjut, semua mata kini tertuju kepada Ukraina. Keputusan yang diambil pada tenggat waktu 27 November bisa menjadi titik balik dalam krisis yang telah mengakibatkan jutaan pengungsi dan kerugian besar di kedua belah pihak. Waktu akan menjawab bagaimana Ukraina dan Rusia menanggapi tekanan ini.
Baca selengkapnya di: news.okezone.com




