Rusia menghadapi tantangan keuangan yang semakin mendesak akibat perang yang berkepanjangan. Untuk pertama kalinya, negara ini mulai menjual emas fisik dari cadangan nasionalnya. Langkah ini menandai perubahan strategis dalam cara Moskow mengelola anggaran negara.
Sebelumnya, penjualan emas antara Kementerian Keuangan dan Bank Sentral Rusia hanya dilakukan di atas kertas. Pemerintah menjual emas dari National Wealth Fund (NWF) kepada Bank Sentral tanpa memindahkan fisik batangan emas tersebut. Akibatnya, cadangan emas negara tidak mengalami perubahan secara nyata. Namun, saat ini penjualan emas fisik dilakukan di pasar domestik.
Bank Sentral Rusia mengonfirmasi tindakan ini kepada media setempat. Sayangnya, mereka tidak mengungkapkan waktu spesifik atau volume emas yang telah dijual. Sebelum dimulainya invasi besar-besaran ke Ukraina, NWF Rusia menyimpan sekitar 405,7 ton emas. Sejak saat itu, pemerintah telah melikuidasi sekitar 57 persen dari total tersebut, yaitu sekitar 232,6 ton.
Per 1 November 2025, jumlah emas yang tersisa di NWF hanyalah 173,1 ton. Selain emas, total aset likuid, termasuk cadangan yuan, juga menunjukkan penurunan yang signifikan. Sebelum perang, aset ini berjumlah sekitar US$113,5 miliar, kini turun menjadi hanya US$51,6 miliar. Hal ini mengindikasikan bahwa cadangan negara semakin menipis.
Para ekonom menilai penjualan emas fisik ini sebagai bagian dari strategi lebih luas untuk menstabilkan rubel. Penjualan emas di pasar domestik diharapkan dapat memasukkan valuta asing dan menjaga perekonomian. Analisis yang dilakukan oleh Freedom Finance Global menunjukkan bahwa transaksi dalam bentuk yuan mencapai sekitar US$30 miliar pada tahun 2025 dan kemungkinan akan bertambah US$15 miliar pada tahun 2026.
Dari segi cadangan total, Rusia tetap memiliki lebih dari 2.300 ton emas. Ini menjadikannya sebagai negara dengan stok emas terbesar kelima di dunia. Meski demikian, penjualan emas fisik ini menunjukkan ketergantungan Kremlin pada cadangan untuk memperkuat perekonomian di tengah kondisi perang.
Kondisi ini semakin diperparah dengan penurunan pendapatan federal Rusia dari sektor minyak dan gas, yang merosot 27 persen secara tahunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh sanksi Barat, harga minyak global yang melemah, dan penguatan rubel. Ini membuat pemerintah tidak memiliki banyak pilihan selain memanfaatkan cadangan emas dan aset lainnya.
Rusia jelas berusaha mencari jalan keluar dari krisis ini. Penjualan emas fisik merupakan sinyal bahwa negara ini berupaya untuk tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi. Dengan kondisi cadangan yang semakin tipis, langkah semacam ini sangat mungkin terus berlanjut.
Dalam waktu dekat, kita akan melihat dampak dari penjualan emas ini terhadap stabilitas moneter Rusia. Proses penjualan ini juga akan menarik perhatian para investor dan analis global. Akan sangat menarik untuk mengamati bagaimana strategi ini memengaruhi perekonomian Rusia di masa depan.
Masing-masing langkah yang diambil Rusia akan berimplikasi pada kestabilan ekonomi dan posisi geopolitiknya. Terlebih lagi, keputusan untuk menjual emas ini berpotensi menjadi salah satu langkah krusial dalam mempertahankan anggaran dan daya beli masyarakat.
Ketergantungan pada cadangan yang terus menyusut dapat menjadi ancaman jangka panjang bagi perekonomian Rusia. Sementara itu, ketidakpastian geopolitik dan sanksi terus membayangi. Oleh karena itu, dinamika ini perlu terus dipantau untuk memahami arah perekonomian negara ini ke depan.





