Jutaan Warga Gaza Alami Depresi, Israel Hadapi Krisis Kekurangan Terapis dan Psikolog

Dua tahun setelah pecahnya perang Gaza, Israel menghadapi krisis kesehatan mental yang parah. Hampir 2 juta warga, mencakup tentara aktif dan cadangan, membutuhkan dukungan psikologis segera. Namun, jumlah terapis dan psikolog yang tersedia sangat minim untuk menangani lonjakan trauma ini.

Menurut laporan dari Yedioth Ahronoth, kondisi mental masyarakat Israel memburuk dengan cepat. Masyarakat yang sebelumnya dikenal kuat dan resilien kini berada dalam keadaan lelah secara emosional. Banyak yang mengalami tekanan luar biasa setelah menjalani perang yang berkepanjangan.

Lonjakan trauma dan kekacauan sosial telah merusak jalinan sosial di negara ini. Baik warga sipil maupun tentara yang kembali dari medan perang mengalami dampak serius. Psikolog klinis Merav Roth menyatakan, “Sebagian besar penduduk yang selama ini menunjukkan kekuatan luar biasa kini tertekan dan depresi.” Situasi saat ini lebih parah dibandingkan sebelumnya.

Sebelum perang terjadi, sistem kesehatan mental Israel sudah menghadapi kekurangan staf. Setelah perang pecah, situasi tersebut meningkat menjadi krisis nasional. Waktu tunggu untuk mendapatkan layanan psikologis kini bisa mencapai berbulan-bulan. Ketersediaan terapis dan psikiater tidak mencukupi untuk menangani jutaan kasus baru yang muncul.

Penyintas perang menyatakan masalah besar mulai muncul saat tentara kembali. Mereka harus menghadapi mimpi buruk dan stres pascatrauma. Kecemasan kronis juga menghantui banyak di antara mereka, membuat proses pemulihan menjadi lebih sulit.

Lonjakan kecanduan narkoba adalah dampak sosial lain yang mengkhawatirkan. Jika pada 2018 angka kecanduan berada pada satu dari sepuluh orang, kini meningkat menjadi satu dari empat warga Israel. Para ahli menyebut ini sebagai “lonceng bahaya” bagi masa depan negara.

Keluarga yang hancur, tekanan ekonomi, dan ketakutan berkepanjangan menjadi pemicu utama meningkatnya angka kecanduan tersebut. Situasi ini semakin diperparah dengan tingginya angka bunuh diri di kalangan tentara. Data dari stasiun televisi KAN menunjukkan ada 279 percobaan bunuh diri di kalangan tentara sejak Oktober 2023, dengan 36 kasus bunuh diri berhasil terkonfirmasi dalam periode yang sama.

Kekurangan terapis menjadi ancaman jangka panjang bagi Israel. Jumlah pasien terus meningkat, tetapi peningkatan jumlah terapis stagnan atau sangat sedikit. Para pakar memperingatkan bahwa generasi mendatang akan membayar harga mahal akibat krisis kesehatan mental ini. Anak-anak yang tumbuh di tengah kekacauan dan orang dewasa yang kehilangan rasa aman diprediksi akan memasuki fase kehidupan berikutnya dengan trauma berat.

“Ini bukan hanya krisis hari ini, tetapi juga krisis selama satu dekade atau lebih,” ungkap seorang penyintas trauma. Keberlanjutan kesehatan mental di Israel bergantung pada tindakan cepat dan efektif untuk mengatasi krisis ini.

Secara keseluruhan, perang di Gaza tidak hanya berdampak secara fisik tetapi juga menciptakan beban emosional yang mendalam. Kebangkitan dukungan psikologis dan pelayanan mental yang lebih baik sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang terhadap masyarakat. Warga Israel menghadapi tantangan berat untuk pulih dari trauma yang ditimbulkan oleh konflik berkepanjangan ini.

Baca selengkapnya di: www.inews.id

Berita Terkait

Back to top button