Di KTT Iklim PBB ke-30 (COP30), terjadi momen yang cukup mengejutkan. Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP), tampil dengan pernyataan yang sangat tajam. Ia mengingatkan kepada para pemimpin dunia bahwa waktu untuk bertindak sudah semakin tipis.
Andersen menegaskan bahwa tindakan yang diambil saat ini belum memadai untuk menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak. Dalam pandangannya, meskipun ada beberapa peningkatan komitmen dari berbagai negara sejak Perjanjian Paris, pencapaian tersebut masih sangat jauh dari yang dibutuhkan. “Kenaikan ambisi terlihat, tetapi skalanya belum sebanding dengan ancaman yang kita hadapi,” katanya.
Dalam pesan yang lebih luas, Andersen menunjukkan bahwa musuh utama dalam perang melawan perubahan iklim adalah penggunaan bahan bakar fosil. Ia mengungkapkan bahwa ketergantungan global terhadap minyak, batu bara, dan gas harus segera dihentikan. “Transisi menuju energi yang bersih harus dipercepat,” tegasnya.
Kehadiran negara-negara besar sangatlah penting dalam KTT ini. Namun, kehadiran Amerika Serikat, salah satu penyumbang emisi terbesar, justru tidak ada. Andersen mengingatkan bahwa proses penyelamatan planet ini tidak boleh bergantung pada satu pihak saja. Pesan ini jelas: semua 193 negara anggota PBB harus aktif terlibat tanpa harus terganggu oleh politik domestik mereka.
Andersen juga menyampaikan bahwa waktu untuk perdebatan yang tidak produktif sudah habis. “Musuh dan solusinya sudah jelas. Pertanyaannya, apakah para pemimpin dunia memiliki nyali untuk mengambil langkah tegas?” ujarnya. Ia mengharapkan agar semua negara bisa bersatu untuk mengatasi tantangan besar ini.
Tindakan nyata dan komitmen yang lebih tinggi diperlukan. Jika pemimpin dunia tidak bertindak sekarang, dampak buruk dari perubahan iklim akan semakin sulit diatasi. Penyampaian Andersen yang tegas adalah panggilan untuk akselerasi usaha-usaha penyelamatan lingkungan. “Kita tidak boleh berekspektasi tinggi tanpa tindakan nyata. Itulah kenyataan pahit yang harus kita hadapi,” pungkasnya.
Dengan demikian, KTT Iklim PBB ke-30 seharusnya menjadi momentum bagi semua negara untuk refleksi dan menyusun strategi yang lebih berani dalam mengatasi krisis iklim. Mereka perlu memahami bahwa masa depan planet ini ada di tangan mereka. Tindakan yang cepat dan berani adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini.
Andersen mengingatkan bahwa sikap apatis tidak lagi bisa diterima. Penyelamatan bumi memerlukan aksi kolektif dan komitmen yang konsisten. Pesan ini menjadi alarm darurat yang tak boleh diabaikan oleh siapa pun. Dengan demikian, masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang dapat tercapai, asalkan ada niat dan tekad dari semua pihak.
Baca selengkapnya di: www.suara.com