Kebakaran Tragis Renggut 44 Nyawa di Hong Kong: Mengapa Bambu Masih Dipilih untuk Proyek Konstruksi?

Kebakaran besar melanda kompleks apartemen di Tai Po, Hong Kong, mengakibatkan 44 nyawa melayang dan lebih dari 270 orang hilang. Tragedi ini terjadi pada hari Rabu, sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Kebakaran tersebut cepat menyebar, membakar beberapa menara tinggi yang masih dalam proses renovasi. Pihak kepolisian telah menangkap tiga eksekutif perusahaan konstruksi karena dugaan pembunuhan setelah insiden mengejutkan ini.

Salah satu hal yang menarik perhatian adalah penggunaan perancah bambu di lokasi kebakaran. Perancah ini telah menjadi bagian integral dari konstruksi di Hong Kong selama berabad-abad. Bambu terkenal sebagai bahan lokal yang murah, fleksibel, dan ramah lingkungan. Namun, kejadian tragis ini mempertanyakan keamanan penggunaan bambu dalam konstruksi gedung tinggi.

Mengapa Bambu Dipilih?

Ada beberapa alasan mengapa perancah bambu diutamakan dalam proyek bangunan. Pertama, bambu merupakan material yang ringan dan mudah dibentuk, memungkinkan pekerja untuk "membungkus" bangunan dengan cepat. Kedua, bambu jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem perancah logam, sehingga membantu kontraktor menekan biaya. Ketiga, tradisi penggunaan bambu dalam konstruksi tetap melekat dalam budaya lokal, dengan keterampilan yang terus dilatih dan disertifikasi di Hong Kong.

Secara struktural, bambu memiliki keunggulan konfigurasi yang baik. Namun, penting untuk dicatat bahwa bambu kering merupakan material yang mudah terbakar. Dalam insiden terbaru, rekaman menunjukkan api bisa dengan cepat menyebar melalui perancah dan jaring pelindung yang mengelilingi bangunan.

Risiko yang Ditimbulkan

Bamboo scaffolding memiliki dua risiko utama. Risiko pertama adalah kebakaran, seperti yang terlihat dalam tragedi ini. Dengan sifat bambu yang kering dan jaring plastik yang terbakar dengan cepat, situasi menjadi sangat berbahaya. Pemerintah kini mendesak agar bahan bangunan sementara yang tidak mudah terbakar dipakai lebih luas dan mengingat pentingnya penggunaan jaring dan bambu tahan api.

Risiko kedua adalah variabilitas kekuatan bambu yang dipengaruhi oleh spesies, usia, dan kelembapan. Hal ini menyebabkan kekuatan tidak konsisten yang bisa berakibat fatal saat cuaca ekstrem. Pedoman terbaru menuntut standarisasi terkait jenis dan usia bambu yang digunakan dalam konstruksi.

Peralihan ke Bahan Logam

Menanggapi risiko kebakaran, Biro Pembangunan Hong Kong memutuskan untuk mengadopsi perancah logam dalam setidaknya 50 persen dari semua proyek bangunan pemerintah yang baru. Ini adalah langkah penting untuk meminimalkan risiko kebakaran, terutama di bangunan tinggi yang berpenduduk banyak. Meskipun proyek swasta masih diperbolehkan menggunakan bambu, peraturan baru menunjukkan adanya peralihan signifikan.

Penting untuk mempertimbangkan konteks penggunaan bambu dalam konstruksi. Material ini ideal untuk proyek kecil dan mendesak, tetapi untuk struktur besar seperti gedung pencakar langit, pengendalian risiko menjadi mutlak.

Kejadian kebakaran ini menjadikan keselamatan menjadi prioritas di industri konstruksi. Bambu tetap memiliki tempatnya dalam tradisi konstruksi Hong Kong, tetapi di saat yang sama, langkah menuju material yang lebih aman seperti logam harus diambil. Dengan demikian, kota bisa terus berkembang tanpa mengabaikan keselamatan warganya.

Baca selengkapnya di: international.sindonews.com

Berita Terkait

Back to top button