Setelah dua minggu penuh dinamika dan perdebatan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim PBB ke-30 atau COP30 di Belem, Brasil, resmi ditutup. Para pemimpin dunia berkumpul untuk mendiskusikan langkah-langkah konkret dalam mengatasi krisis iklim. Namun, hasilnya mengejutkan banyak pihak.
Salah satu poin paling mencolok adalah kegagalan dalam menangani isu penghentian bahan bakar fosil. Isu ini seharusnya menjadi fokus utama, tetapi frasa "transisi menjauh dari bahan bakar fosil" yang pernah disepakati di KTT sebelumnya dihapus dari dokumen akhir. Ini menunjukkan adanya ketidakberanian untuk mengambil langkah tegas terhadap industri yang menjadi penyebab utama perubahan iklim. Lebih dari 80 negara mendesak adanya roadmap untuk pemensiunan energi kotor ini, tetapi usulan tersebut ditolak.
Kemenangan untuk Negara Berkembang
Meski ada kekecewaan terkait bahan bakar fosil, negara-negara berkembang mencapai kemajuan dalam mendapatkan dana bantuan adaptasi iklim. Mereka berhasil mendesak negara maju untuk melipatgandakan dana tersebut menjadi sekitar US$120 miliar per tahun pada tahun 2035. Beberapa dana ini diharapkan bisa digunakan untuk infrastruktur adaptasi, seperti penguatan tanggul laut dan sistem peringatan dini terhadap bencana.
Isu Perdagangan dalam Agenda Iklim
Untuk pertama kalinya, isu perdagangan resmi menjadi bagian dari agenda iklim. Hal ini penting mengingat negara-negara berkembang khawatir bahwa kebijakan iklim negara maju, seperti penerapan "pajak karbon," akan merugikan ekspor mereka. Dialog yang diadakan di KTT ini diharapkan dapat menciptakan kebijakan yang lebih adil di masa depan.
Inisiatif Hutan Tropis
Tuan rumah Brasil meluncurkan program yang dinamakan Tropical Forests Forever Facility (TFFF), yang berfungsi sebagai "celengan raksasa" untuk mendukung konservasi hutan tropis. Program ini telah menarik komitmen awal sebesar US$5,5 miliar dari berbagai negara, termasuk Norwegia dan Indonesia. TFFF bertujuan mengumpulkan dana hingga US$125 miliar dari sumber publik dan swasta untuk menjaga hutan tropis, penting bagi penyimpanan karbon.
Target Emisi Metana
Ada kemajuan terkait pengurangan emisi gas metana. Tujuh negara, termasuk Inggris dan Prancis, berkomitmen untuk mengurangi emisi metana mereka menjadi "hampir nol". Ini adalah langkah signifikan, mengingat dampak negatif gas metana terhadap perubahan iklim yang jauh lebih besar dibandingkan dengan CO2.
Dari rapor akhir COP30, terungkap berbagai poin penting. Sementara beberapa kemajuan dicatat dan fokus baru pada isu perdagangan dan konservasi hutan diharapkan membawa dampak positif, kegagalan untuk menuntaskan isu bahan bakar fosil masih mencuri perhatian. KTT ini berhasil mendapatkan dukungan finansial untuk negara-negara berkembang, tetapi tantangan terbesarnya adalah memastikan bahwa semua komitmen ini tidak hanya menjadi dokumen, tetapi benar-benar diterapkan di lapangan. Kekecewaan juga tersisa, mengingat perlunya tindakan nyata di bidang yang esensial.
Seluruh perhatian kini berfokus pada langkah-langkah selanjutnya. Apakah komitmen tersebut akan benar-benar dilaksanakan atau sekadar menjadi hasil diskusi tanpa aksi nyata? Ini adalah pertanyaan yang akan terus mengemuka hingga KTT-ktt mendatang.
Baca selengkapnya di: www.suara.com




