Meski Kepuasan Publik Anjlok, Trump Tetap Narsis: Apa yang Terjadi di Balik Media Sosial?

Presiden Donald Trump kembali menjadi sorotan dengan pidato dari Gedung Putih pada 17 Desember 2025. Dalam pidatonya, ia memamerkan klaim keberhasilan pemerintahannya di tengah penurunan signifikan tingkat persetujuan publik. Menghadapi polemik, Trump tetap menegaskan kinerjanya dan menyalahkan pemerintahan Demokrat sebelumnya atas krisis ekonomi yang masih melanda.

Dalam durasi kurang dari 20 menit, Trump menyampaikan berbagai pencapaian. Ia menyebutkan, “Sebelas bulan lalu, saya mewarisi kekacauan, dan sekarang saya sedang memperbaikinya.” Pernyataan ini tidak sejalan dengan keresahan masyarakat yang semakin meningkat. Data terbaru menunjukkan bahwa hanya 33 persen warga dewasa AS yang puas dengan cara Trump mengelola perekonomian.

Penolakan dan Tantangan Ekonomi

Meski banyak kritik mengemuka, Trump minim memberikan solusi konkret terkait kenaikan harga kebutuhan pokok. Sebagai gantinya, ia kembali menyudutkan mantan Presiden Joe Biden dan menyebut kebijakan perdagangan serta imigrasi pemerintah sebelumnya sebagai faktor penyebab. Tidak ketinggalan, ia mengklaim bahwa kebijakan tarif yang ia terapkan telah menghidupkan kembali ekonomi AS dengan menarik investasi hingga US$18 triliun.

Namun, optimisme Trump tidak sejalan dengan fakta yang ada. Inflasi tahunan telah meningkat kembali setelah menurun ke level terendah empat tahun di angka 2,3 persen pada April lalu. Tingkat pengangguran juga mengalami kenaikan ke level tertinggi dalam empat tahun. Ini menunjukkan bahwa realita yang dihadapi masyarakat sangat jauh dari klaim keberhasilan yang disampaikan oleh Trump dalam pidatonya.

Hindi Terpaku pada Isu Global

Dalam pidato tersebut, Trump juga menyinggung isu-isu penting seperti imigrasi, kejahatan kekerasan, dan hak-hak transgender. Meski begitu, ia lebih banyak berfokus pada intra politik dan mengabaikan diskusi mengenai konflik global, seperti perang di Gaza serta ketegangan dengan Rusia dan Venezuela. Ini menjadi catatan tersendiri bagi pengamat politik, yang berharap pada pembahasan lebih luas ijazah yang belakangan ini menjadi isu hangat di dunia internasional.

Dukungan Terhadap Militer dan Kebijakan Kesehatan

Dalam pidatonya, Trump juga mengumumkan inisiatif baru berupa pemberian “dividen prajurit” sebesar US$1.776 kepada 1,45 juta personel militer AS. Dia berargumentasi ini akan membantu perekonomian. Selain itu, Trump memberikan dorongan untuk bantuan tunai langsung, alih-alih subsidi melalui Undang-Undang Perawatan Terjangkau, meski rencananya tersebut belum mendapatkan perhatian serius di Kongres.

“Ia ingin uang itu langsung diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat memilih perawatan kesehatan sendiri,” ungkap Trump. Pernyataan ini menunjukkan keinginan kuat untuk meraih simpati publik di tengah kritik yang mengarah pada ketidakpuasan.

Tanggapan Politikus dan Publik

Reaksi petinggi Partai Demokrat sangat kritis terhadap pidato ini. Senator Mark Warner dari Virginia menilai upaya Trump ini sebagai “upaya menyedihkan untuk mengalihkan perhatian.” Sementara itu, Gubernur California, Gavin Newsom, mempersembahkan sindiran tajam dengan memposting kata “Saya” lebih dari 700 kali di media sosial. Ini menunjukkan bahwa banyak pihak menganggap Trump terlalu narsis dalam gaya bicaranya.

Kesimpulan yang Memicu Spekulasi

Meskipun Trump terus berusaha menyanjung pemerintahannya, data menunjukkan tren negatif di kalangan publik. Penilaian terhadap kebijakan ekonomi masih terus memburuk. Pengamat politik dan masyarakat luas akan terus mengawasi langkah-langkah Trump ke depan menjelang pemilihan paruh waktu yang semakin dekat.

Menyongsong tahun depan, tantangan utama bagi Trump adalah meredakan ketidakpuasan publik dan menawarkan solusi yang nyata. Sikap narsis yang ditunjukkan dalam pidatonya tidak memperlihatkan kesadaran akan masalah yang dihadapi oleh rakyat. Dalam suasana yang kritis ini, bagaimana Trump akan mengambil langkah konkret menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

Berita Terkait

Back to top button