Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, saat ini tengah menghadapi isu serius terkait penemuan radioaktif Cs-137 pada udang beku yang diekspor oleh PT Bangun Samudera Makmur ke Amerika Serikat. Kontaminasi ini terdeteksi baru-baru ini dan memunculkan kekhawatiran di kalangan pemerintah dan masyarakat mengenai dampak kesehatan serta ekonomi. Dalam konteks ini, Zulkifli Hasan telah memberikan instruksi tegas kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) untuk bertindak cepat dan proaktif.
Dalam pengarahan tersebut, Zulkifli Hasan menekankan pentingnya komunikasi antara BPOM RI dan pihak-pihak terkait. Dia mengingatkan bahwa penanganan kontaminasi ini harus dilakukan tanpa menunggu keputusan formal, demi melindungi kepentingan nasional. “Laksanakan tugas untuk membela merah putih,” ungkapnya kepada Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, dalam Rapat Koordinasi Terbatas yang diadakan pada 12 September 2025.
Isu ini tak hanya menjadi perhatian dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian internasional. Penarikan balik ribuan kilogram udang beku yang terkontaminasi ini dapat berpengaruh negatif terhadap kepercayaan konsumen terhadap produk ekspor Indonesia. Zulkifli menegaskan bahwa pemerintah Indonesia sangat berhati-hati dalam menangani dugaan pencemaran ini. “Kami menaruh perhatian penuh atas dugaan pencemaran Cs-137 udang Indonesia yang diekspor ke AS,” tegasnya.
Terkait dengan dampak ekonomi, sektor udang merupakan salah satu komoditas unggulan dalam ekspor perikanan Indonesia. Pada tahun 2024, volume ekspor udang Indonesia mencapai 214,58 ribu ton dengan nilai sekitar USD 1,68 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara kelima terbesar dalam ekspor udang di dunia. AS merupakan pasar utama bagi ekspor udang Indonesia, menjadikannya sangat strategis bagi perekonomian nasional.
Selain itu, Zulkifli Hasan juga mengingatkan bahwa industri udang menyerap ribuan tenaga kerja, sehingga keamanan dalam industri ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. “Kami telah melakukan investigasi dengan hati-hati menggunakan pendekatan ilmiah sesuai standar internasional, dan keamanan pangan tetap menjadi prioritas utama kita,” tambahnya.
Dalam respons terhadap situasi ini, Taruna Ikrar, Kepala BPOM RI, memastikan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendalami penyebab kontaminasi dan mencegah kejadian serupa di masa depan. “Kami berkomitmen menjalankan tugas dengan profesional untuk melindungi konsumen serta menjaga reputasi ekspor Indonesia di pasar internasional,” ungkapnya.
Keberhasilan dalam menyelesaikan masalah ini akan sangat bergantung pada kolaborasi antara berbagai instansi terkait serta respons cepat dan tepat terhadap isu keamanan pangan. Pemerintah Indonesia berusaha keras untuk memastikan bahwa konsumsi udang yang aman akan terus berlanjut dan reputasi ekspor Indonesia tetap terjaga di mata dunia.
Kejadian ini kini menjadi salah satu sorotan di media, mengingat bagaimana dampak dari kontaminasi produk pangan dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen serta regulasi impor di negara lain. Selain itu, penting juga untuk merespons dengan tindakan preventif untuk menghindari seperti yang terjadi saat ini. Pemerintah bertekad untuk terus melindungi dan mendukung pelaku industri udang demi keberlanjutan sektor ini ke depan.





