Minuman matcha telah menjadi tren di kalangan Gen-Z, dikenal dengan rasa khasnya dan disajikan dalam berbagai kreasi. Namun, di balik popularitasnya, tersimpan potensi risiko kesehatan yang dapat berakibat serius jika tidak diperhatikan. Kasus seorang wanita dari Maryland, Amerika Serikat, mengungkap dampak negatif dari konsumsi matcha berlebihan, di mana dia mengalami anemia berat setelah sering mengonsumsinya.
Wanita berusia 28 tahun bernama Lynn Shazeen mengalami gejala kelelahan, gatal, dan kedinginan sebelum akhirnya didiagnosis dengan anemia berat. Dokter menduga bahwa konsumsi matcha yang rutin berperan dalam kondisi tersebut. Matcha, populer karena manfaatnya yang diklaim baik untuk jantung dan energi, ternyata mengandung tanin yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Hal ini berisiko memicu anemia, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan, sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Parth Bhavsar, seorang pakar kedokteran keluarga.
Efek Samping Konsumsi Berlebihan
Kandungan polifenol dalam matcha dapat mengikat zat besi di usus, yang pada gilirannya menghambat penyerapan nutrisi penting ini. Dalam jurnal Journal of Nutrition Science, efek ini dibahas dan berpotensi memicu masalah kesehatan lain, seperti gangguan tidur dan kecemasan akibat kandungan kafein. Banyak orang juga melaporkan reaksi alergi atau sakit kepala setelah mengonsumsi matcha berlebihan.
Menurut para ahli gizi, meskipun matcha kaya manfaat, konsumsinya sebaiknya dibatasi. Idealnya, jumlah konsumsi matcha adalah satu hingga dua cangkir atau sekitar dua sampai empat gram bubuk per hari. Angka ini dianggap cukup untuk mendapatkan manfaat antioksidan tanpa mengganggu penyerapan zat besi dalam tubuh.
Penyebab Anemia yang Beragam
Menariknya, Lynn mengaku hanya mengonsumsi matcha dua sampai tiga kali seminggu. Hal ini mengisyaratkan bahwa faktor lain mungkin juga berkontribusi terhadap anemia yang dialaminya. Misalnya, jika dia kurang mengonsumsi sumber zat besi dari makanan seperti daging merah, hati, dan sayuran hijau. Selain itu, cara konsumsi juga penting; minum matcha berdekatan dengan waktu makan dapat memengaruhi penyerapan zat besi dari makanan yang dikonsumsi.
Kebiasaan Lynn untuk mengonsumsi minuman anti-inflamasi setiap hari juga perlu dicermati, karena beberapa bahan dalam minuman tersebut bisa menghambat absorbsi zat besi. Dalam video di media sosialnya, terlihat dia mengikuti pola tersebut, menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kekurangan zat besi.
Batas Aman Konsumsi Matcha
Agar tetap mendapatkan manfaat dari matcha tanpa menimbulkan dampak buruk, ada beberapa panduan yang perlu diperhatikan:
- Hindari mengonsumsi matcha berdekatan dengan waktu makan.
- Kombinasikan matcha dengan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah dan sayuran hijau.
- Tambahkan sumber vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi, misalnya jeruk atau stroberi.
- Batasi konsumsi menjadi satu atau dua cangkir per hari.
Dengan panduan ini, matcha tetap dapat dinikmati sebagai bagian dari pola makan sehat, sekaligus mengurangi risiko masalah kesehatan, termasuk anemia.
Kesimpulan
Kasus Lynn Shazeen menjadi pengingat bagi Gen-Z untuk memperhatikan asupan gizi mereka, terutama dalam menggabungkan pilihan minuman sehat dengan asupan gizi yang seimbang. Menjaga proporsi dan waktu konsumsi sangat penting agar manfaat dari matcha dapat dirasakan tanpa mengorbankan kesehatan. Ini adalah langkah krusial untuk generasi yang kian sadar akan kesehatan dan kebugaran, namun tetap perlu bijak dan cermat dalam memilih pola makan dan minum mereka.





