Kementerian Kesehatan Ungkap Masalah Kesehatan Gigi di Indonesia, Ini Dampaknya!

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia baru-baru ini menyoroti tingginya prevalensi masalah kesehatan gigi di tanah air, sebuah isu yang telah menjadi tantangan serius bagi banyak warga. Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, menyatakan bahwa data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan bahwa 57% penduduk berusia di atas tiga tahun mengalami masalah kesehatan gigi. Sayangnya, hanya sekitar 11,2% dari mereka yang mencari perawatan medis untuk masalah tersebut.

Seringkali, masyarakat menyalahartikan nyeri gigi sebagai hal sepele yang hanya memerlukan obat pereda nyeri. "Kalau sakit gigi hilang dengan obat pereda nyeri, biasanya masyarakat tidak melanjutkan ke pengobatan. Padahal masalah giginya tidak selesai," jelas dr. Nadia. Karies, atau gigi berlubang, serta masalah seperti gigi tanggal dan radang gusi menjadi kasus yang paling umum.

Rendahnya Kesadaran Kesehatan Gigi

Salah satu penyebab utama masalah ini adalah rendahnya literasi kesehatan gigi di masyarakat. Kebanyakan orang hanya menyikat gigi dua kali sehari, yaitu di pagi hari saat mandi dan malam sebelum tidur. Namun, waktu dan cara menyikat yang tidak tepat membuat efektivitasnya berkurang. “Waktu menyikat gigi yang dianjurkan sebenarnya adalah setelah makan, bukan hanya sebelum tidur,” terang dr. Nadia. Selain itu, banyak orang yang hanya menyikat gigi selama satu menit, yang dianggap tidak cukup untuk membersihkan gigi secara menyeluruh.

Kesehatan gigi yang buruk dapat berisiko tidak hanya bagi gigi itu sendiri tetapi juga bagi kesehatan organ vital lainnya, termasuk jantung. Hal ini sangat berbahaya bagi ibu hamil, karena infeksi gigi dapat membahayakan janin.

Pentingnya Pemeriksaan Rutin

Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg. Usman Sumantri, menekankan bahwa peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional seharusnya menjadi momentum untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi. “Indonesia hebat dimulai dari menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pencegahan jauh lebih murah dan lebih mudah dibandingkan pengobatan,” ungkapnya.

Data dari PDGI menunjukkan bahwa meskipun banyak yang mengalami masalah gigi dan mulut, hanya sekitar 10% penduduk yang secara rutin memeriksakan diri ke dokter gigi. Lebih mencengangkan lagi, hanya 2,8% dari populasi yang diketahui melakukan penyikatan gigi dengan benar pada waktu dan cara yang tepat.

Peran Pemerintah dan Edukasi Masyarakat

drg. Usman menyoroti bahwa kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan media sangat penting dalam meningkatkan edukasi publik tentang kesehatan gigi. Ia menambahkan bahwa pemerintah telah menunjukkan perhatian besar dengan menyediakan program pemeriksaan kesehatan gratis yang juga mencakup layanan gigi. Ke depannya, perlu ada upaya yang lebih kuat dalam aspek pencegahan dan promosi kesehatan gigi.

Ulasan ini menunjukkan betapa pentingnya kesehatan gigi bagi kesehatan secara keseluruhan. Masyarakat perlu lebih sadar akan risiko yang dihadapi jika masalah gigi tidak ditangani dengan serius. Edukasi yang berkelanjutan dan pemeriksaan yang rutin dapat menjadi langkah efektif untuk mengurangi prevalensi masalah ini.

Dengan tantangan ini, dibutuhkan kesadaran kolektif untuk menumbuhkan budaya menjaga kesehatan gigi, agar generasi mendatang dapat tumbuh dengan kesehatan gigi yang baik dan terhindar dari berbagai masalah kesehatan serius yang bisa muncul akibat kelalaian dalam perawatan gigi.

Berita Terkait

Back to top button