Anak Bentol Usai Makan Telur? Kenali Gejala dan Alergi Makanan!

Reaksi alergi pada anak-anak, khususnya setelah mengonsumsi makanan tertentu, menjadi perhatian masyarakat. Salah satu makanan yang sering diidentifikasi menyebabkan reaksi tersebut adalah telur. Alergi makanan, termasuk alergi telur, merupakan masalah kesehatan yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada anak-anak. Dengan prevalensi mencapai 6-8 persen pada anak di bawah lima tahun, penting bagi orang tua untuk mengenali gejala dan membedakan antara alergi makanan dan intoleransi makanan.

Apa Itu Alergi Makanan?

Alergi makanan, atau dalam istilah medis disebut adverse food reaction, adalah reaksi sistem imun terhadap makanan tertentu yang dapat menimbulkan gejala tidak diinginkan. Menurut Dr. Endah Citraresmi, Sp.A, terdapat dua jenis reaksi terhadap makanan: reaksi yang dimediasi imun (seperti alergi) dan reaksi yang tidak dimediasi imun (seperti intoleransi). Alergi biasanya mengakibatkan reaksi berulang setiap kali makanan yang menyebabkan alergi dikonsumsi. Sebaliknya, intoleransi, contohnya intoleransi laktosa, lebih sering berkaitan dengan kesulitan pencernaan dan tidak selalu mengarah pada reaksi imun.

Gejala Alergi dan Perbedaannya dengan Intoleransi

Gejala alergi makanan dapat bervariasi, tetapi umumnya meliputi munculnya bentol, sesak napas, dan reaksi kulit lainnya. Alergi makanan bukan sekadar ketidaknyamanan, tetapi bisa menjadi serius dan bahkan mengancam jiwa. "Kata kunci dalam alergi makanan adalah reaksi yang berulang. Begitu anak yang alergi telur mengonsumsinya lagi, gejala akan muncul kembali," jelas Dr. Endah. Ini berbeda dengan intoleransi, di mana anak masih bisa mengonsumsi dalam jumlah kecil tanpa mengalami reaksi alergi, meskipun mungkin akan mengalami beberapa gangguan pencernaan.

Makanan Penyebab Alergi Paling Umum

Data menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen kasus alergi makanan disebabkan oleh delapan kelompok makanan. Pada bayi, alergi makanan yang sering terjadi berasal dari susu sapi dan telur, sementara pada anak yang lebih besar, kacang tanah, sea food, serta kacang pohon seperti walnut dan almond juga sering menimbulkan reaksi alergi. Hal ini penting untuk dicatat bagi orang tua yang mengenalkan makanan baru kepada anak mereka. Mengetahui makanan apa yang berpotensi menyebabkan alergi dapat mencegah reaksi yang tidak diinginkan.

Peningkatan Kasus Alergi Makanan di Masyarakat

Peningkatan signifikan dalam kasus alergi makanan belakangan ini disebut sebagai "second wave" epidemi alergi. Di mana sebelumnya, alergi saluran napas seperti asma menjadi yang utama, kini alergi makanan menjadi masalah yang harus dihadapi. Para pakar memperkirakan bahwa sekitar 2-10 persen populasi mengalami alergi makanan yang dimediasi antibodi IgE, dengan angka ini lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Langkah yang Harus Diambil Orang Tua

Orang tua disarankan untuk lebih waspada dan memerhatikan kemungkinan gejala alergi setelah anak mengonsumsi makanan yang baru. Jika anak menunjukkan tanda-tanda reaksi setelah makan, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter atau ahli gizi. Uji alergi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pemicu spesifik dan langkah-langkah pencegahan dapat diambil.

Alergi makanan adalah kondisi yang kompleks dan terkadang sulit dipahami. Namun, dengan kesadaran, edukasi, dan perhatian yang tepat, orang tua dapat melindungi anak-anak mereka dari reaksi alergi yang berbahaya. Mengetahui perbedaan antara alergi dan intoleransi menjadi penting dalam pengelolaan kesehatan anak, terutama dalam fase tumbuh kembang yang krusial.

Berita Terkait

Back to top button