Banyak Studi Ungkap Paparan BPA Bisa Sebabkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya

Paparan Bisphenol A (BPA) kini menjadi perhatian serius dalam komunitas ilmiah dan kesehatan. Meskipun selama ini banyak orang menganggap BPA sebagai bahan yang aman, banyak studi menunjukkan bahwa zat ini berpotensi menimbulkan berbagai penyakit serius bagi manusia. Penelitian terbaru menjelaskan berbagai risiko kesehatan yang terkait dengan BPA dan menyerukan perhatian terhadap penggunaan bahan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam BMC Endocrine Disorders pada tahun 2018 menunjukkan adanya hubungan positif antara paparan BPA dengan penyakit diabetes tipe 2. Dr. Agustina Puspitasar, seorang dokter spesialis kedokteran okupasi, menegaskan bahwa BPA tidak hanya membahayakan orang dewasa tetapi juga dapat memengaruhi tumbuh kembang anak. “BPA berpotensi memicu hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan gangguan tumbuh kembang anak,” ujarnya.

Studi lain oleh Human Reproduction pada tahun 2010 memperlihatkan bahwa BPA dapat mengganggu kesehatan reproduksi. Penelitian ini mengindikasikan adanya disfungsi seksual pada pekerja pria yang terpapar BPA. Dr. Ulul Albab, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, menyatakan bahwa BPA, sebagai hormon disruptor, dapat memengaruhi kesehatan reproduksi baik pria maupun wanita. Dalam beberapa kasus, paparan BPA dapat menyebabkan infertilitas atau mandul.

Penelitian yang juga tidak kalah penting diungkapkan dalam Journal of Exposure Science & Environmental Epidemiology pada tahun 2017. Penelitian ini menemukan hubungan antara paparan BPA dan perkembangan mental anak, termasuk kecemasan, depresi, dan masalah perilaku lainnya. Profesor Junaidi Chotib, Guru Besar Farmakologi Universitas Airlangga, menjelaskan bahwa kadar BPA dalam darah atau urin anak yang sedang tumbuh berkorelasi erat dengan gangguan perilaku dan kesehatan mental.

BPA dalam Kehidupan Sehari-hari

BPA sering ditemukan dalam berbagai kemasan berbahan plastik keras seperti botol bayi, wadah makanan, dan galon air minum guna ulang. Profesor Mochamad Chalid, pakar polimer dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa BPA adalah salah satu mata rantai dalam plastik. Saat produk tersebut digunakan atau terekspos pada panas dan sinar matahari, ada kemungkinan mata rantai lepas dan menyebabkan BPA terlepas ke dalam makanan atau minuman.

Pakar menyarankan agar masyarakat lebih waspada terhadap faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko pelepasan BPA, seperti suhu tinggi dan pencucian berulang. Banyak bahan kimia yang dulunya dianggap aman, kini diketahui berbahaya, seperti asbes dan rokok yang memerlukan waktu lama sebelum bukti resikonya terungkap.

Dalam konteks ini, Dr. Dien Kurtanty baru-baru ini menerbitkan buku berjudul BPA Free: Perisai Keluarga dari Zat Kimia Berbahaya. Melalui karyanya, ia berharap meningkatkan kesadaran masyarakat, industri, dan pemerintah mengenai bahaya BPA. “Jangan sampai risiko-risiko kesehatan terkait BPA ini berimbas dan dilimpahkan pada pelayanan kesehatan,” pungkasnya.

Melangkah ke Depan

Kini, banyak negara mulai menerapkan regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan BPA, terutama dalam produk-produk yang dirancang untuk anak-anak dan wanita hamil. Masyarakat diimbau untuk lebih kritis dan memahami risiko yang mungkin muncul akibat paparan BPA dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menyimak berbagai studi dan perkembangan terbaru mengenai BPA, kita diharapkan lebih bijak dalam memilih produk yang aman untuk kesehatan. Investasi pada produk yang bebas dari BPA dapat menjadi langkah awal untuk melindungi diri serta keluarga dari potensi risiko kesehatan yang serius.

Berita Terkait

Back to top button