7 Misteri Penyebab Berat Badan Susah Turun meski Sudah Diet

Banyak orang yang menjalani diet ketat dan rutin berolahraga mengalami kekecewaan ketika berat badan mereka tidak turun. Meskipun berusaha keras untuk mengurangi konsumsi kalori dan memilih makanan sehat, angka pada timbangan tetap tidak menunjukkan perubahan yang diharapkan. Ternyata, penurunan berat badan bukanlah sekadar soal mengonsumsi lebih sedikit dan bergerak lebih banyak. Ada berbagai faktor, baik biologis maupun psikologis, yang dapat menghambat proses ini.

1. Hormon yang Mengatur Nafsu Makan

Salah satu faktor utama adalah hormon. Leptin adalah hormon yang berfungsi memberikan sinyal rasa kenyang pada otak. Namun, orang dengan kelebihan berat badan sering mengalami resistensi leptin. Artinya, meskipun lemak tubuh sudah mencukupi, tubuh tidak mendapatkan sinyal yang tepat untuk berhenti makan. Hal ini dapat membuat rasa lapar terus muncul dan membingungkan dalam menjalani diet.

2. Faktor Genetika dan Adaptasi Metabolik

Genetika ternyata memiliki peranan besar dalam penurunan berat badan. Beberapa gen dapat memengaruhi cara tubuh menyimpan dan membakar energi. Selain itu, saat seseorang mengurangi asupan kalori, tubuh cenderung memperlambat metabolisme untuk menghemat energi. Akibatnya, penurunan berat badan bisa menjadi lebih sulit, meskipun pola makan sudah diperbaiki.

3. Ekspektasi yang Tidak Realistis

Banyak orang yang berharap dapat menurunkan 5 hingga 10 kilogram dalam waktu singkat. Namun, penurunan berat badan yang sehat seharusnya hanya berkisar 0,5 hingga 1 kilogram per minggu. Ketika hasil tidak sesuai harapan, rasa putus asa pun kerap muncul, sehingga seringkali banyak yang menyerah sebelum mencapai target yang diinginkan.

4. Pola Makan dan Kalori Tersembunyi

Diet yang terlalu ketat sebenarnya dapat memberikan efek sebaliknya. Ketika asupan kalori ditekan terlalu rendah, tubuh akan mengurangi pembakaran energi. Selain itu, kalori tersembunyi dari berbagai minuman, seperti kopi susu, jus, hingga saus juga sering kali terabaikan. Kalori ini bisa berdampak signifikan pada total asupan harian dan menggagalkan proses diet.

5. Stres dan Kurang Tidur

Kesehatan mental memiliki hubungan erat dengan berat badan. Stres kronis meningkatkan kadar hormon kortisol, yang berkontribusi pada penumpukan lemak, khususnya di area perut. Selain itu, kurang tidur dapat mengurangi kadar leptin dan meningkatkan ghrelin, hormon yang memicu rasa lapar. Kombinasi keduanya dapat dengan mudah memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak.

6. Kesalahan Menghitung Kalori

Banyak orang yang berpikir mereka sudah mengurangi kalori dengan tepat, padahal perhitungannya sering kali tidak akurat. Label makanan atau aplikasi penghitung kalori terkadang memiliki kesalahan. Jadi, porsi makan yang dirasa tepat bisa jadi lebih besar dari yang diperkirakan, menambah total kalori harian tanpa disadari.

7. Lingkungan dan Faktor Sosial

Lingkungan juga berperan dalam kesulitan menurunkan berat badan. Banyaknya pilihan makanan tinggi gula, garam, dan lemak di sekitar kita, ditambah dengan keberadaan restoran cepat saji, menjadi tantangan tersendiri. Ditambah lagi, tekanan sosial terkait penampilan bisa memicu stres dan mengarah pada pencarian kenyamanan melalui makanan.

Berat badan yang tidak kunjung turun meski sudah menjalani diet bukan berarti usaha Anda sia-sia. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bahwa tubuh kita memiliki mekanisme kompleks yang dapat melawan upaya penurunan berat badan. Pendekatan yang holistik sangat disarankan, mencakup penetapan target yang realistis, memperbaiki kualitas tidur, memperhatikan asupan kalori termasuk dari minuman, serta mencari dukungan profesional jika perlu.

Berita Terkait

Back to top button