
Dokter dan ahli kesehatan saat ini tengah mengingatkan tentang dampak serius yang ditimbulkan oleh polusi udara, terutama pada kelompok perempuan yang lebih rentan terhadap infeksi paru-paru. Hari Paru Sedunia, yang diperingati setiap tahun pada 5 Oktober, menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran global mengenai kesehatan paru-paru. Paparan terus-menerus terhadap udara tercemar, asap rokok, dan bahan bakar untuk memasak dalam ruangan telah terbukti menyebabkan kerusakan paru-paru yang signifikan, terutama pada anak-anak, wanita, dan dewasa muda.
Dalam konteks ini, data menunjukkan bahwa polusi udara tidak hanya memengaruhi perokok atau populasi lanjut usia. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam "Medical Journal Armed Forces India" menunjukkan bahwa remaja di wilayah yang terpapar polusi, seperti Delhi NCR, mengalami penurunan fungsi paru-paru hingga 12-17% dibandingkan dengan remaja di wilayah yang lebih bersih seperti Pauri Garhwal. Ini menggambarkan dampak jangka panjang yang fatal dari paparan dini terhadap polusi.
Paparan Dalam Ruangan yang Berbahaya
Di banyak rumah tangga, terutama di pedesaan, perempuan sering kali menjadi korban utama dalam konteks ini. Mereka terpapar asap yang dihasilkan dari memasak dengan bahan bakar tradisional seperti kayu, batu bara, atau kotoran sapi. Dr. Sushrut Ganpule, seorang Konsultan Kedokteran Dada dari Rumah Sakit Jupiter, mengungkapkan bahwa tingkat paparan ini sama dengan merokok beberapa batang rokok setiap hari. Hal ini tentu meningkatkan risiko penyakit paru-paru seperti batuk kronis, asma, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) pada perempuan, meskipun mereka tidak merokok.
Kesehatan Mental dan Fisik yang Terhubung
Di samping masalah fisik, kesehatan paru-paru juga memiliki hubungan erat dengan kesehatan mental. Menurut Dr. Manav Manchanda, Direktur Pernapasan di Rumah Sakit Asia, banyak orang yang mengalami kesulitan bernapas tidak menyadari bahwa masalah ini dapat memicu kecemasan dan depresi. Ketidakmampuan untuk menjalani aktivitas sehari-hari, seperti naik tangga atau tidur dengan nyenyak, dapat sangat memengaruhi kepercayaan diri dan kesejahteraan emosional.
Dokter menganjurkan agar skrining kesehatan paru-paru dilakukan secara rutin, serupa dengan tes darah untuk mendeteksi penyakit. Kesehatan paru dan kesehatan mental harus mendapatkan perhatian yang sama, sehingga upaya pengobatan dapat dilakukan secara holistik.
Pencegahan dan Kesadaran Masyarakat
Kesadaran masyarakat mengenai dampak polusi terhadap kesehatan paru-paru perlu ditingkatkan, terutama pada perempuan dan anak-anak, yang lebih rentan terhadap efek merugikan dari polusi. Pemerintah dan lembaga kesehatan disarankan untuk meluncurkan program pendidikan yang mendidik mengenai bagaimana mengurangi paparan polusi dan meningkatkan kualitas udara, baik luar ruangan maupun dalam ruangan.
Banyak tindakan yang dapat diambil untuk melindungi kesehatan paru-paru. Misalnya, penggunaan ventilasi yang baik saat memasak, pemilihan bahan bakar yang lebih bersih, dan penggunaan masker saat berada di lingkungan yang tercemar. Di perkotaan, penting bagi perempuan untuk menyadari faktor risiko seperti polusi lalu lintas dan asap rokok pasif di tempat kerja atau rumah.
Dukungan bagi Penanggulangan Polusi
Menanggapi masalah kesehatan ini, para ahli menyerukan agar lebih banyak penelitian dilakukan untuk memahami bagaimana polusi udara secara spesifik memengaruhi kesehatan perempuan dan anak-anak. Penelitian ini akan membantu dalam merumuskan kebijakan publik yang efektif untuk melindungi kelompok yang paling rentan.
Dalam rangka Hari Paru Sedunia, komitmen untuk meningkatkan kualitas udara dan melindungi kesehatan paru-paru harus menjadi prioritas. Dengan langkah-langkah tepat, diharapkan akan terjadi penurunan angka kejadian penyakit paru-paru, terutama di kalangan perempuan dan anak-anak yang paling terkena dampak.





