Tinnitus adalah kondisi medis yang membuat penderitanya mendengar suara berdenging atau berdering, yang tidak berasal dari sumber eksternal. Dampak dari kondisi ini bisa sangat signifikan, terutama dalam mempengaruhi kesehatan mental, dengan sekitar 2% penderita mengalami kecemasan dan depresi yang parah, sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Gladys Sanda, seorang audiolog berlisensi. Suara tersebut seringkali dianggap sebagai ancaman oleh otak, dan hal ini dapat memperburuk pengalaman penderita jika tidak dikelola dengan baik.
Dr. Sanda menjelaskan bahwa tinnitus sering kali berkaitan lebih dengan aktivitas otak ketimbang masalah telinga itu sendiri. Ia menambahkan, individu dengan kepribadian ambisius dan perfeksionis cenderung lebih rentan terhadap kondisi ini. Menurutnya, pendekatan yang lebih sehat adalah menerima kondisi tersebut dan mengubah cara berpikir alih-alih berusaha mengabaikannya, yang justru dapat membuat suara berdenging terdengar lebih nyata.
Strategi Manajemen Tinnitus
Dalam menghadapi tinnitus, Dr. Sanda merekomendasikan beberapa strategi manajemen yang dapat membantu penderita mengatasi gejala tersebut:
-
Dengarkan Pink Noise: Suara lembut seperti ombak lebih menenangkan ketimbang white noise, seperti suara kipas angin.
-
Praktik Tidur Sehat: Kebiasaan membaca sebelum tidur, menciptakan suasana kamar yang gelap, suhu yang nyaman, dan posisi leher yang tepat dapat membantu menenangkan sistem saraf.
-
Latihan Mindfulness: Teknik seperti "54321", yang berfokus pada saat ini, dapat mengurangi panik yang ditimbulkan oleh tinnitus.
-
Latihan Pernapasan dan Grounding: Aktivitas sederhana seperti menelusuri jari di telapak tangan dapat menenangkan.
-
Ciptakan Visualisasi Menenangkan: Bayangkan suasana nyaman secara konsisten untuk mengurangi stres.
- Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Terapi ini bertujuan mengurangi rasa takut dan stres yang berkaitan dengan tinnitus, sehingga kondisi tersebut tidak mendominasi hidup penderita.
Penyebab dan Pencegahan Tinnitus
Menurut Dr. Sanda, beberapa faktor pemicu tinnitus dapat berupa paparan suara keras, cedera kepala, atau penggunaan obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, menjaga kesehatan telinga dan pengelolaan stres merupakan langkah penting bagi mereka yang mengalami gejala ini. Di samping itu, penting untuk menghindari lingkungan bising serta melakukan pemeriksaan telinga secara berkala untuk mencegah masalah yang lebih serius.
Penderita tinnitus seringkali merasa terasing karena ketidakpahaman orang lain mengenai kondisi ini. Meskipun ada beberapa langkah yang bisa diambil, seperti mencari dukungan terapetik atau kelompok dukungan, penting untuk diingat bahwa pengalaman setiap orang dengan tinnitus berbeda. Oleh karena itu, pendekatan yang dipersonalisasi diperlukan dalam penanganannya.
Kesadaran dan Edukasi
Meningkatkan kesadaran tentang tinnitus juga menjadi bagian penting dalam meningkatkan penanganan kondisi ini. Edukasi mengenai cara-cara mengatasi tinnitus dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih peka dan mendukung bagi penderita. Media dan organisasi kesehatan diharapkan bisa menjadi sarana untuk menyebarluaskan informasi yang akurat dan bermanfaat mengenai tinnitus.
Dengan pengetahuan yang tepat dan pendekatan yang baik, penderita tinnitus dapat menemukan cara untuk mengurangi dampak dari kondisi yang mengganggu ini dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini adalah langkah awal menuju pemulihan dan pengelolaan yang lebih baik terhadap tinnitus.





