Menyoal Bakteri Salmonella: Pemicu Keracunan Massal MBG di Bandung Barat

Keracunan massal yang terjadi di Bandung Barat terkait dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Hasil pemeriksaan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Labkesda Dinas Kesehatan Jawa Barat, dr. Ryan Bayusantika Ristandi, menunjukkan adanya bakteri Salmonella dan Bacillus cereus yang ditemukan dalam sampel makanan. Kontaminasi ini terjadi akibat waktu lebih dari enam jam antara penyiapan dan penyajian makanan, yang memungkinkan bakteri berkembang biak.

Infeksi salmonellosis, yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, dapat terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Bakteri ini umumnya berasal dari usus hewan dan manusia, lalu ditularkan melalui feses. Gejala yang muncul bervariasi, termasuk diare, demam, sakit perut, mual, dan muntah. Dalam kasus terbaru, gejala tersebut muncul setelah banyak anak sekolah menerima makanan dari program MBG, dan beberapa di antaranya dirawat di rumah sakit.

Gejala salmonella biasanya muncul dalam rentang waktu dari beberapa jam hingga beberapa hari setelah terpapar. Para ahli juga menyebutkan bahwa kondisi tersebut dapat diperparah jika makanan disimpan pada suhu ruang tanpa pengawasan suhu yang tepat. Dengan kondisi ini, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat, membawa risiko keracunan yang tinggi. Dalam kasus di Bandung Barat, masyarakat melaporkan keluhan yang dianggap serius, mendorong Dinas Kesehatan untuk segera mengambil langkah-langkah pencegahan dan penanganan.

Kementerian Kesehatan turut mengeluarkan pernyataan terkait situasi ini. Mereka mengingatkan pentingnya pengawasan dalam penyajian makanan untuk mencegah terulangnya kasus keracunan. Langkah-langkah pencegahan yang disarankan termasuk memastikan suhu penyimpanan makanan yang tepat dan memperpendek waktu antara penyiapan dan penyajian.

Adanya masalah ini mengingatkan kembali pada pentingnya keamanan pangan, terutama dalam program yang melibatkan distribusi makanan ke masyarakat. Para ahli gizi menegaskan pentingnya edukasi bagi petugas yang terlibat dalam program penyediaan makanan, yang sebaiknya dilengkapi pengetahuan tentang cara penyimpanan dan penyajian makanan yang aman.

Keamanan makanan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan lainnya. Dinas Kesehatan diharapkan dapat melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap program-program sejenis untuk memastikan tidak ada lagi kejadian serupa di masa mendatang. Selain itu, masyarakat juga perlu lebih sadar akan potensi risiko kesehatan terkait dengan makanan yang mereka konsumsi.

Sementara itu, pihak yang mengalami gejala diminta untuk segera berkonsultasi ke dokter jika merasakan adanya gejala keracunan. Penanganan medis yang cepat bisa menjadi kunci untuk mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.

Dengan semakin banyaknya laporan keracunan akibat makanan, ini juga menjadi peluang bagi pemerintah dan lembaga kesehatan untuk meningkatkan kampanye edukasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keamanan pangan. Diharapkan dengan langkah-langkah preventif yang tepat, insiden keracunan massal dapat diminimalisir, dan kualitas makanan yang disediakan untuk masyarakat dapat terjaga dengan baik.

Src: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-8135076/menyoal-bakteri-salmonella-yang-picu-keracunan-massal-mbg-di-bandung-barat?page=all

Berita Terkait

Back to top button