Anak-anak sering kali menunjukkan perilaku tantrum, dan kasus Ameena, anak Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar, muncul sebagai contoh nyata hiruk-pikuk masalah ini. Menurut informasi yang beredar, Ameena mengalami kecanduan permen, yang mengganggu pola makannya hingga menyebabkan tantrum. Dalam sebuah podcast, Aurel dan Atta mengungkapkan upaya mereka untuk membatasi konsumsi permen untuk kesehatan anak mereka. Namun pertanyaannya, apakah permen benar-benar bisa memicu anak untuk tantrum?
Pengaruh Gula Pada Perilaku Anak
Anak-anak yang mengonsumsi banyak permen, yang kaya akan gula sederhana, dapat mengalami fluktuasi gula darah yang drastis. Ketika gula darah meningkat tajam, energi yang diperoleh bisa berlebihan, diikuti oleh penurunan yang drastis. Hal ini dapat menghasilkan perubahan mood yang signifikan, seperti kecemasan dan tantrum. Dosen psikologi perkembangan, Dr. Andini, menyatakan bahwa "gula tidak hanya berperan dalam energi fisik tetapi juga berpengaruh pada stabilitas emosi anak."
Ketergantungan Emosional dan Ekspektasi
Kebiasaan memberikan permen sebagai hadiah atau bentuk kenyamanan dapat membuat anak-anak merasa berhak untuk menginginkan permen kapan saja. Ketika keinginan ini tidak terpenuhi, mereka bisa merespons dengan frustrasi, sering kali dalam bentuk tantrum. Faktanya, pola pengasuhan yang kurang disiplin dalam batasan makanan dapat memperburuk situasi ini. "Anak-anak perlu belajar bahwa ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh," tambah Dr. Andini.
Nutrisi dan Tingkat Kenyang
Jika konsumsi permen menggantikan makanan bergizi, anak dapat merasa lapar dan tidak kenyang. Ketidakpuasan fisik ini bisa berkontribusi pada perilaku reaktif, termasuk tantrum. Beberapa ahli gizi juga menekankan pentingnya memastikan bahwa anak mendapatkan asupan yang seimbang. Konsumsi makanan sehat dan bergizi seharusnya menjadi prioritas bagi anak-anak agar tetap terpenuhi kebutuhan gizi mereka.
Bahan Tambahan dan Kafein
Beberapa jenis permen juga mengandung pewarna, bahan tambahan, dan kafein, yang dapat memicu hiperaktivitas. Kafein dapat merangsang sistem saraf pusat anak dan berkontribusi pada perilaku yang tidak terkendali, termasuk tantrum. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memeriksa label bahan sebelum menawarkan permen kepada anak.
Strategi Mengurangi Tantrum
Untuk menghindari akibat negatif dari konsumsi permen, orang tua dapat menerapkan beberapa strategi. Di antaranya:
- Tetapkan batasan yang jelas, seperti mengizinkan permen hanya pada waktu tertentu.
- Hindari menggunakan permen sebagai pengganti penghiburan saat anak merasa sedih atau frustrasi.
- Tawarkan alternatif makanan sehat supaya anak tidak berfokus pada permen.
- Jelaskan secara sederhana mengenai efek buruk dari terlalu banyak permen terhadap kesehatan.
- Konsisten dalam aturan; jika mengatakan "tidak," pastikan untuk tetap pada keputusan tersebut.
- Hindari membawa permen saat bepergian untuk meminimalisir godaan anak.
Kesimpulan Sementara
Sementara permen bukanlah penyebab langsung dari tantrum, konfirmasi dari banyak ahli menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi faktor pemicu dalam situasi tertentu. Kasus Ameena menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dalam menetapkan batasan yang jelas dan konsisten. Dengan pengawasan yang baik dalam pengasuhan dan pemilihan makanan, permen masih bisa menjadi bagian dari pengalaman manis dalam kehidupan anak tanpa mengganggu kesehatan emosional mereka.
Source: www.suara.com





