
AstraZeneca baru-baru ini menghadirkan inovasi terapi untuk pasien kanker payudara di Indonesia, menawarkan harapan baru dengan pendekatan yang lebih presisi dan personal. Langkah ini sejalan dengan komitmen perusahaan dalam menjembatani kemajuan sains global dengan kebutuhan pasien di tanah air, didukung penuh oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dalam upaya meningkatkan hasil klinis, AstraZeneca memperkenalkan terapi yang tidak hanya membedakan antara kanker payudara HER2-positif dan HER2-negatif, tetapi juga menggolongkannya berdasarkan ekspresi dan profil mutasi seperti BRCA, HER2-Low, HER2-Ultralow, serta PIK3CA/AKT/PTEN. Pendekatan ini membuka jalan bagi metode pengobatan yang lebih efektif sesuai dengan karakteristik tumor masing-masing pasien.
Setiap jenis kanker payudara memiliki profil biologis yang unik, sehingga dibutuhkan pengobatan yang dirancang khusus untuk kondisi tersebut. Misalnya, untuk pasien dengan kadar HER2 tinggi, AstraZeneca mengembangkan terapi berbasis antibody-drug conjugate (ADC), yang menargetkan sel kanker secara langsung dan meminimalkan efek samping terhadap sel sehat. Inovasi ini berfokus pada akurasi dalam menghantarkan obat ke lokasi yang tepat.
Bagi pasien dengan reseptor hormon positif (HR+), AstraZeneca menawarkan terapi hormonal generasi baru, dipadukan dengan penghambat enzim AKT. Pendekatan ini dirancang untuk mengatasi resistensi terhadap pengobatan awal, sehingga memperpanjang kendali terhadap penyakit. Inovasi ini menjadi kunci bagi pasien yang sebelumnya mengalami kegagalan dalam pengobatan lain.
Sementara itu, bagi pasien dengan mutasi gen BRCA, AstraZeneca mengembangkan terapi target yang dapat menghambat kemampuan sel kanker dalam memperbaiki diri. Hal ini diharapkan dapat menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan cara yang lebih alami. Terobosan ini menjadi bukti nyata dari kemajuan ilmiah yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.
Tidak hanya itu, untuk tipe kanker payudara yang lebih agresif seperti triple-negative, AstraZeneca tengah mengembangkan kombinasi terapi ADC dan imunoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pengobatan bagi pasien yang saat ini masih memiliki pilihan terbatas. Menurut studi terbaru, kombinasi ini berpotensi memberikan hasil yang menjanjikan dalam pengobatan kanker payudara yang lebih sulit diobati.
Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Esra Erkomay, menegaskan bahwa pendekatan berbasis sains menjadi landasan dalam pengembangan terapi mereka. “Kami percaya bahwa inovasi ilmiah yang tepat sasaran adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang harapan bagi setiap pasien kanker,” ujarnya.
Esra juga mengapresiasi peran BPOM sebagai regulator yang mendukung percepatan registrasi dan akses terhadap terapi inovatif. Dengan dukungan ini, AstraZeneca berharap dapat memperpendek waktu akses bagi pasien terhadap terapi baru. Saat ini, BPOM telah menerbitkan izin edar untuk dua produk AstraZeneca, mencerminkan komitmen mereka dalam mempercepat akses pengobatan.
Regulasi terbaru BPOM yang memangkas jalur izin menjadi 90 hari kerja menunjukkan upaya signifikan untuk menghadirkan solusi kesehatan yang lebih efektif kepada masyarakat. Selain itu, langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesempatan bagi lebih banyak pasien untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Inovasi dan kolaborasi antara AstraZeneca dan pemerintah Indonesia menjadi aspek penting dalam membangun sistem kesehatan yang lebih adil dan merata. Dengan demikian, setiap pasien berhak mendapatkan pengobatan yang paling sesuai. AstraZeneca berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam memastikan penanganan kanker payudara dapat menjangkau lebih banyak orang, dengan cara yang efektif dan berkelanjutan.
Dengan pendekatan yang lebih terpersonalisasi dan berbasis data, AstraZeneca mengarahkan pandangan ke masa depan yang lebih positif bagi pasien kanker payudara di Indonesia, membawa serta harapan baru untuk kehidupan yang lebih baik bagi mereka dan keluarga.
Source: lifestyle.bisnis.com





