
Lebih dari 15 juta remaja di dunia, terutama yang berusia antara 13 hingga 15 tahun, sudah terpapar dan menggunakan rokok elektrik atau vape. Data ini mencuat setelah sebuah survei yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di 123 negara, menunjukkan bahwa anak-anak sembilan kali lebih mungkin menggunakan vape dibandingkan orang dewasa. Angka ini menjadi alarm bagi kesehatan publik, mengingat fenomena vaping telah menciptakan gelombang baru ketergantungan terhadap nikotin.
Dr. Etienne Krug dari WHO menyebut bahwa meskipun vape diklaim sebagai alternatif yang lebih sehat dibandingkan rokok tembakau, faktanya, vaping tidak kalah berbahaya. “Mereka dipasarkan sebagai pengurangan bahaya, tetapi pada kenyataannya, mengaitkan anak-anak dengan nikotin lebih awal mengancam kemajuan dalam pengendalian tembakau selama beberapa dekade,” paparnya. Vaping terbukti mempercepat ketergantungan nikotin di kalangan remaja.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros, juga menegaskan bahwa industri tembakau sengaja menargetkan remaja untuk memperluas basis konsumsi mereka. Meski banyak negara telah mulai memperkenalkan peraturan untuk mengatasi fenomena vaping, WHO mencatat bahwa pada akhir 2024, masih ada 62 negara yang belum memiliki kebijakan yang jelas terkait rokok elektrik dan 74 negara yang tidak memiliki batasan umur untuk pembelian vape.
Ketergantungan pada nikotin melalui vaping dapat menjadi tantangan berat untuk diatasi. Para ahli dari Pusat Nasional untuk Penghentian dan Pelatihan Merokok (NCSCT) merekomendasikan pendekatan bertahap untuk mengatasi kebiasaan ini. Misalnya, vapers dapat mulai dengan mengurangi kadar nikotin dalam e-liquid mereka selama dua hingga empat minggu. Ini adalah langkah awal yang penting untuk mengurangi ketergantungan.
Ada juga saran lain yang bisa dilakukan, seperti mengatur penggunaan vape. Contohnya, pengguna dapat menetapkan aturan untuk hanya menggunakan vape di luar rumah. Terapi penggantian nikotin, seperti permen karet atau semprotan, bisa menjadi alternatif untuk mengurangi keinginan menghisap vape. Jika kebutuhan mendesak, sebaiknya berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan dukungan dan saran dalam berhenti merokok.
Situasi ini tidak hanya menjadi masalah individu tetapi juga merupakan tantangan bagi masyarakat dan kesehatan publik secara umum. Vaping tidak hanya berisiko bagi pengguna langsung, tetapi juga dapat memengaruhi orang di sekitarnya melalui paparan asap yang ditinggalkan. Oleh karena itu, upaya harus dilakukan untuk memberikan edukasi yang tepat kepada remaja dan orang tua tentang bahaya vaping dan nikotin.
Kondisi ini menunjukkan perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengendalian penggunaan rokok elektrik di kalangan remaja. Hal ini bisa meliputi penyuluhan kesehatan, keterlibatan dalam program-program lokal, serta dukungan terhadap kebijakan yang lebih ketat seputar penggunaan vape.
Penting bagi semua pihak untuk menyadari bahwa meskipun vaping dipandang sebagai solusi modern untuk merokok, risiko jangka panjang dan dampaknya terhadap kesehatan tidak boleh diabaikan. Kesadaran dan tindakan nyata perlu diwujudkan agar generasi mendatang terbebas dari risiko kecanduan nikotin dan dapat menjalani hidup yang lebih sehat.
Source: women.okezone.com





