Batas Maksimum Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak: Biang Kerok Banyak Penyakit

Penyakit degeneratif, seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit jantung, kini semakin banyak menyerang individu di usia yang lebih muda. Salah satu penyebab utama dari meningkatnya kasus ini adalah pola makan yang tinggi Gula, Garam, dan Lemak (GGL). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah memberikan anjuran terkait batas maksimum konsumsi harian GGL, yang dapat membantu masyarakat dalam mengurangi risiko terkena penyakit-penyakit tersebut.

Anjuran Batas Konsumsi GGL

Menurut Kementerian Kesehatan RI, batas konsumsi harian untuk gula adalah maksimal 50 gram. Sebuah studi yang dirilis oleh World Health Organization pada tahun 2015 menjelaskan bahwa konsumsi gula tambahan yang melebihi 10% dari total energi harian dapat meningkatkan risiko inflamasi sistemik, obesitas, serta diabetes.

Kemudian, untuk garam, batas maksimal yang disarankan adalah 5 gram atau setara satu sendok teh. Penelitian dari jurnal Frontiers in Physiology pada tahun 2015 menunjukkan bahwa mengurangi asupan garam dapat menurunkan tekanan darah, yang merupakan faktor utama risiko hipertensi.

Sedangkan untuk lemak, anjuran konsumsi maksimal adalah sekitar 67 gram per hari. Sebuah laporan dari American Heart Association pada tahun 2019 menegaskan bahwa penurunan lemak jenuh dan trans dapat menurunkan kadar kolesterol LDL serta risiko penyakit jantung koroner.

Dampak Konsumsi GGL Berlebih

Pola makan yang tinggi GGL mengakibatkan beban kerja organ tubuh meningkat, yang berkontribusi terhadap kerusakan jaringan. Gula yang berlebihan dapat menyebabkan lonjakan glukosa darah, yang membuat pankreas bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Garam yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan lemak jenuh dan trans dapat mempercepat terbentuknya plak di pembuluh darah.

Terdapat beberapa penyakit degeneratif yang dikaitkan dengan konsumsi GGL berlebih. Pertama adalah stroke, yang terjadi ketika aliran darah ke otak terputus. Penelitian dari Jurnal Lancet Neurology tahun 2021 menyebutkan bahwa hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi adalah faktor risiko utama stroke. Gula berlebih dapat merusak pembuluh darah di otak dan meningkatkan risiko stroke.

Kedua adalah hipertensi, yang sering disebut sebagai silent killer. Kelebihan garam menyebabkan retensi cairan, yang pada gilirannya meningkatkan volume darah dan tekanan pada dinding pembuluh darah. Studi yang diterbitkan di Jurnal Nutrients tahun 2019 menunjukkan bahwa pengurangan garam dapat menurunkan risiko hipertensi, bahkan pada individu tanpa gejala sebelumnya.

Ketiga, diabetes tipe 2 dapat terjadi akibat konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang. Kondisi ini memicu resistensi insulin, yang mengakibatkan kadar gula darah tetap tinggi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan ginjal, kebutaan, dan kerusakan saraf.

Penyakit Jantung Koroner dan Ginjal

Penyakit jantung koroner juga sangat berkaitan dengan konsumsi lemak jenuh dan trans. Asupan lemak berlebih meningkatkan kadar kolesterol LDL, yang dapat memicu pembentukan plak di dinding pembuluh darah. Penelitian berjudul Reduction in Saturated Fat Intake for Cardiovascular Disease tahun 2020 mencatat bahwa pengurangan lemak trans dan jenuh secara konsisten mengurangi risiko penyakit jantung koroner.

Kondisi lainnya adalah penyakit ginjal kronis, di mana hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol menjadi penyebab utama kerusakan ginjal. Menurut data National Kidney Foundation, sekitar 66% kasus penyakit ginjal kronis berhubungan dengan diabetes dan hipertensi yang tidak terkelola.

Edukasi Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan bahaya konsumsi GGL, detikcom akan menggelar Leaders Forum dengan tema "Ancaman Gula Berlebih: Manis Sesaat, Diabetes Sepanjang Hayat". Acara ini akan menampilkan pembicara dari berbagai institusi kesehatan dan pelaku industri pangan, yang diharapkan dapat memberikan edukasi dan perspektif baru mengenai pola makan sehat.

Dengan memahami batas konsumsi GGL dan efek negatifnya terhadap kesehatan, masyarakat diharapkan bisa lebih bijak dalam memilih makanan. Upaya ini bukan hanya dapat mencegah berbagai penyakit degeneratif tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Source: health.detik.com

Berita Terkait

Back to top button