Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan serius mengenai penyebaran varian baru virus cacar monyet (Mpox) yang dikenal sebagai clade 1b, yang kini telah terdeteksi di 42 negara. Sebelumnya, virus ini lebih sering ditemukan di wilayah Afrika Tengah dan Barat, namun saat ini cakupannya telah meluas ke benua Eropa, Asia, dan Amerika. Data terkini menunjukkan bahwa hingga September 2023, lebih dari 3.100 kasus terkonfirmasi dan 12 kematian telah dilaporkan secara global. Lonjakan kasus paling signifikan terjadi di negara-negara seperti Kenya, Liberia, Portugal, dan Spanyol.
Poin penting dari penyebaran clade 1b adalah kemampuannya untuk menyebar secara lokal di negara-negara yang sebelumnya tidak memiliki kasus, menunjukkan adanya transmisi komunitas. Para ahli khawatir keadaan ini akan memicu peningkatan kasus di negara-negara yang tidak termasuk dalam area endemik, menambah tantangan dalam pengendalian dan penanggulangan wabah.
Mpox, yang sebelumnya dikenal sebagai monkeypox, disebabkan oleh virus monkeypox (MPXV) yang merupakan kerabat dekat virus cacar (smallpox). Secara umum, virus ini terklasifikasi dalam dua klade utama, di mana clade I lebih umum ditemui di Afrika Tengah dan clade II terkait dengan wabah global yang muncul sejak tahun 2022. Clade 1b, yang saat ini menjadi fokus perhatian, adalah sub-varian dari clade I, dan meskipun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa varian ini lebih mematikan, pola infeksi yang berbeda memungkinkan penyebarannya lebih efisien.
Seiring dengan meningkatnya angka kasus, WHO menyatakan bahwa meskipun risiko bagi masyarakat umum saat ini masih tergolong rendah, langkah mitigasi harus segera diambil. Pihaknya menekankan pentingnya memutus rantai penularan untuk mencegah pemerluasan wabah. Salah satu kekhawatiran utama adalah kemampuan clade 1b untuk menyebar tanpa langsung terhubung dengan riwayat perjalanan ke daerah endemik, hal ini dapat menyebabkan meledaknya kasus baru di berbagai tempat.
Penyebaran virus Mpox umumnya terjadi melalui kontak erat, termasuk sentuhan antar kulit, cairan tubuh, dan droplet pernapasan. Benda-benda yang terkontaminasi, seperti sprei atau handuk, juga bisa menjadi media penularan. Dalam kluster baru, clade 1b ditemukan di lingkungan komunitas, termasuk di antara pria yang berhubungan seks dengan pria (MSM). Mode penyebaran ini mirip dengan clade IIb yang terdeteksi selama wabah yang terjadi pada tahun 2022.
Para ahli kesehatan global mencatat bahwa keadaan saat ini adalah ‘peringatan dini’ bagi sistem pengawasan kesehatan internasional. Deteksi dini menjadi semakin penting, mengingat gejala Mpox sering kali mirip dengan infeksi lainnya. Gejala awal ini dapat menghambat upaya pencegahan, sehingga peluncuran program edukasi dan peningkatan kesadaran di masyarakat menjadi langkah krusial.
Kondisi yang ada saat ini menggambarkan tantangan bagi negara-negara dalam memantau potensi penyebaran virus ini. Dalam menghadapi hal ini, WHO menggarisbawahi bahwa respons cepat dan serangkaian tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menangkal potensi epidemi yang lebih luas. Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, harapan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari varian clade 1b tetap dapat dipertahankan.
Dibutuhkan perhatian khusus dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya penularan. WHO menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan aktif berpartisipasi dalam upaya pencegahan dengan tetap mengikuti informasi terbaru serta menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan orang lain di sekitar.
Source: health.detik.com





