Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Meskipun demikian, kemajuan teknologi intervensi jantung memberikan harapan baru bagi banyak pasien. Dengan prosedur yang lebih aman dan minim risiko, banyak kasus jantung kini dapat ditangani tanpa operasi besar.
Kemajuan ini menjadi sorotan utama dalam forum ilmiah terbesar di Indonesia, Indonesian Society of Interventional Cardiology Annual Meeting (ISICAM) 2025. Acara ini diadakan oleh Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI) pada 5–8 November 2025 di Jakarta. Tema yang diusung adalah “Back to Fundamentals – Kembali ke Fondasi, Maju dengan Inovasi”. Hal ini menekankan pentingnya prinsip dasar intervensi jantung sambil menerapkan teknologi modern secara presisi.
Ketua Umum PIKI, dr. Sodiqur Rifqi, Sp.JP, menekankan bahwa pendidikan dan pelatihan berkelanjutan adalah inti dari misi organisasi ini. “Inovasi hanya akan bermakna jika dipahami dengan fondasi ilmiah yang kuat,” jelasnya. Dengan pendekatan ini, PIKI bertujuan untuk menyediakan terapi yang lebih aman dan efektif bagi pasien.
ISICAM 2025 tidak hanya dihadiri oleh pakar nasional, tetapi juga 59 pakar internasional dari 14 negara, seperti Inggris, Spanyol, dan Jepang. Konferensi ini memiliki lebih dari 1.700 peserta yang mencakup beragam profesi medis, memperkuat kolaborasi dalam dunia medis. Diskusi mencakup berbagai topik, mulai dari intervensi koroner hingga penyakit jantung bawaan.
Demonstrasi langsung menjadi salah satu daya tarik utama di ISICAM 2025. Peserta dapat menyaksikan teknik intervensi kompleks yang dilakukan oleh ahli dari rumah sakit terkemuka di dunia. Misalnya, Nanjing First Hospital di China dan National Heart Centre di Singapura menampilkan bagaimana prosedur modern dilakukan dengan lebih minimal invasif.
Pendidikan dokter muda juga menjadi fokus penting. Melalui program EURO-PCR Fellow Course, dokter muda Indonesia berkesempatan untuk mendapatkan pelatihan kelas dunia. Program ini menyediakan akses untuk memperluas jejaring dan pengetahuan mereka dalam bidang kardiologi.
Dr. Arwin Saleh Mangkuanom, Sp.JP, selaku Ketua Komite Saintifik ISICAM 2025, menggarisbawahi bahwa pemahaman dasar sangat penting. “Intervensi kardiologi berkembang dengan cepat. Dokter harus memiliki dasar pemahaman yang kuat agar dapat mengadopsi teknologi baru dengan tepat,” ujarnya.
ISICAM bertujuan untuk memastikan akses pasien terhadap layanan intervensi jantung yang aman dan efisien. Transformasi dalam penanganan penyakit jantung sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien. Terapis yang lebih aman dan efisien kini menjadi harapan bagi banyak orang di Indonesia.
Menjamin kualitas layanan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari komitmen PIKI. Mereka berfokus pada peningkatan dan pengembangan layanan jantung yang berstandar internasional di Indonesia. Melalui forum seperti ISICAM, PIKI berharap untuk mendorong penelitian dan kolaborasi yang lebih banyak di bidang ini.
Adanya kemajuan di bidang intervensi jantung menunjukkan bahwa masa depan penanganan penyakit jantung di Indonesia cerah. Pengembangan teknologi dan pengetahuan yang terus berlanjut akan mendorong terobosan baru yang lebih baik. Dengan demikian, jumlah pasien yang dapat ditangani tanpa operasi besar diharapkan akan terus meningkat.
Sebagai langkah untuk masa depan, PIKI menunjukkan komitmen mereka dalam meningkatkan standarisasi layanan intervensi jantung di Indonesia. Forum seperti ISICAM menjadi media penting untuk membagikan ilmu pengetahuan dan praktik terbaik dalam pengobatan jantung. Dengan demikian, pasien akan semakin mendapatkan harapan baru dalam penanganan penyakit jantung yang aman dan efektif.
Baca selengkapnya di: www.suara.com




