
RSV, atau Respiratory Syncytial Virus, adalah virus yang patut diperhatikan oleh semua orang tua, terutama mereka yang memiliki bayi prematur. Virus ini dapat mempengaruhi kesehatan pernapasan bayi dan memperburuk kondisi mereka. Setiap tahun, lebih dari 675.000 bayi lahir prematur di Indonesia. Negara kita berada di urutan kelima di dunia untuk jumlah kelahiran prematur.
Bayi prematur lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. Mereka memiliki sistem kekebalan yang belum sempurna. “Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi karena paru-parunya belum berkembang sempurna,” kata Prof. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A. Menurutnya, infeksi RSV berpotensi menjadi sangat serius bagi bayi ini. Mereka lebih mungkin dirawat di rumah sakit akibat infeksi RSV dibandingkan bayi yang lahir cukup bulan.
Gejala RSV
Gejala RSV sering kali dikira sebagai gejala flu biasa. Gejala awal yang umum meliputi pilek, bersin, dan batuk ringan. Namun, infeksi ini bisa berkembang menjadi masalah pernapasan yang lebih serius. RSV berkontribusi pada 60–80% kasus bronkiolitis dan 30% pneumonia pada bayi dan anak-anak. Penting untuk mengenali tanda-tanda peringatan.
Bayi prematur dapat menunjukkan gejala yang cepat berkembang, seperti wheezing dan kesulitan bernapas. Menurut Prof. Cissy Rachiana Sudjana Prawira, RSV dapat meninggalkan risiko jangka panjang seperti asma dan penurunan fungsi paru.
- Pilek
- Bersin
- Batuk ringan
Perbandingan Gejala
Membedakan RSV dari penyakit pernapasan lain itu penting. Berikut ini adalah perbandingannya:
- Flu: Demam tinggi, nyeri otot, kelelahan.
- Covid-19: Sesak napas, kehilangan indera penciuman/perasa.
- RSV: Batuk, demam ringan, wheezing, kesulitan bernapas.
“Satu dari sepuluh bayi di Indonesia meninggal akibat infeksi saluran napas bawah yang disebabkan oleh RSV,” ungkap beberapa studi. Oleh karena itu, kesadaran akan virus ini sangat penting bagi orang tua.
Langkah Pencegahan
Pencegahan RSV adalah tanggung jawab orang tua. Identifikasi dan perlindungan tepat waktu dapat sangat mengurangi risiko. Prof. Cissy menyarankan pemberian antibodi monoklonal seperti Palivizumab untuk bayi berisiko. Ini terbukti dapat menurunkan angka rawat inap akibat RSV lebih dari 50%.
- Cuci tangan secara rutin.
- Jaga kebersihan lingkungan.
- Hindari kontak dengan yang sedang sakit.
- Pastikan sirkulasi udara baik.
- Batasi aktivitas di keramaian.
Edukasi dari tenaga medis juga penting. “Kesadaran dan langkah preventif tidak hanya bergantung pada tindakan klinis,” ungkap Feddy, Medical Director AstraZeneca Indonesia. Mereka mendorong orang tua untuk memahami cara penularan virus.
Dukungan Komunitas
Kolaborasi dibutuhkan untuk menurunkan beban penyakit ini. Pemerintah, tenaga medis, dan organisasi harus bersatu dalam edukasi publik. AstraZeneca berkomitmen untuk mendukung perlindungan bayi berisiko tinggi. Kesadaran masyarakat menjadi faktor penting dalam upaya ini.
Memahami dan mencegah RSV sangat krusial untuk kesehatan bayi prematur. Tindakan pencegahan sederhana dapat memberikan dampak besar. Bersama-sama, kita dapat mengurangi risiko infeksi ini dan memastikan bayi tumbuh dengan sehat.
Baca selengkapnya di: lifestyle.bisnis.com




