Studi Menunjukkan: Kebiasaan Makan Tertentu Bisa Picu Depresi, Apa Saja?

Kebiasaan makan yang buruk seringkali diabaikan dalam diskusi kesehatan mental. Namun, data terbaru menunjukkan hubungan signifikan antara pola makan, terutama konsumsi makanan ultra-olahan, dan risiko depresi. Penelitian dari Pakistan mencatat bahwa orang yang mengonsumsi banyak makanan cepat saji memiliki risiko 20 hingga 50 persen lebih tinggi untuk mengalami depresi.

Makanan ultra-olahan mencakup berbagai produk seperti pizza, ayam goreng, dan es krim. Para ahli memperingatkan bahwa jenis makanan ini tidak hanya menyebabkan masalah fisik, tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas serta penyakit kronis seperti jantung dan diabetes tipe 2.

Penelitian mengungkapkan bahwa mikrobiota usus individu yang mengalami depresi memiliki perbedaan signifikan dibandingkan individu sehat. Makanan cepat saji menyebabkan lonjakan gula darah yang berkontribusi pada suasana hati yang negatif. Ini terutama karena makanan tersebut sering kekurangan nutrisi penting yang diperlukan untuk kesehatan otak.

Para peneliti meninjau sembilan studi yang melibatkan lebih dari 79.700 peserta. Hasil menunjukkan bahwa pola makan yang buruk dapat menyebabkan perubahan pada keseimbangan bakteri usus, yang pada gilirannya memengaruhi neurotransmitter. Zat kimia seperti serotonin dan dopamin, yang berperan dalam suasana hati, dapat terganggu oleh pola makan yang tidak sehat.

Komposisi bakteri usus sangat penting dalam menjaga kesehatan mental. Mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan nutrisi penting seperti omega-3 dapat membantu memperbaiki susunan mikrobiota. Selain itu, menjaga pola makan yang seimbang dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan mental.

Sebuah penelitian yang dikutip dalam European Medical Journal Gasroenterology menekankan pentingnya kesadaran mengenai pengaruh makanan pada kesehatan mental. Makanan ultra-olahan cenderung kurang nutrisi, yang sangat dibutuhkan oleh otak. Hal ini menjelaskan mengapa pola makan yang praktis dan cepat sering kali justru berbuah masalah bagi kesehatan mental.

Para peneliti juga mencatat pentingnya menetapkan pola makan berbasis makanan segar dan tidak olahan. Makanan yang kaya serat dan vitamin B, D, serta magnesium dapat membantu menjaga kestabilan suasana hati. Mengganti makanan cepat saji dengan buah-buahan dan sayuran dapat memberikan manfaat kesehatan jangka panjang.

Di era modern ini, perhatian kita terfokus pada kesehatan fisik, tetapi kesehatan mental juga tidak boleh diabaikan. Kesehatan mental yang baik berhubungan langsung dengan pola makan. Oleh karena itu, berubah ke pola makan yang lebih sehat bisa menjadi langkah pertama untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko depresi.

Sangat penting untuk memantau apapun yang kita konsumsi. Menghindari makanan yang mengandung banyak gula, garam, dan lemak trans dapat membantu menjaga kesehatan mental kita. Penerapan pola makan yang lebih sehat perlu ditegakkan agar tidak hanya fisik, tetapi mental juga terjaga.

Ada banyak cara untuk mulai memperbaiki pola makan. Salah satunya adalah dengan merencanakan menu harian yang lebih sehat. Memasak di rumah dan memilih bahan makanan yang segar juga sangat membantu. Setiap perubahan kecil dalam kebiasaan makan dapat memberikan perubahan besar dalam kesehatan mental.

Baca selengkapnya di: health.detik.com

Berita Terkait

Back to top button