Indonesia Masuk 5 Besar Kelahiran Prematur, Apa Tindakan Tenaga Kesehatan Menanggulangi Krisis Ini?

Kelahiran prematur tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan. Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kelima di dunia dengan sekitar 675.700 bayi lahir prematur setiap tahun. Situasi ini bukan sekadar angka, melainkan gambaran nyata keadaan darurat di ruang perawatan intensif neonatal di seluruh negeri.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2024, sebanyak 26,4% kematian bayi terjadi selama masa neonatal, yakni pada rentang usia 0 sampai 28 hari. Sementara itu, 22,5% kematian terjadi pada masa post-neonatal. Prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berkontribusi besar terhadap masalah ini. Ini membuktikan bahwa kualitas perawatan di hari-hari awal kehidupan sangat menentukan masa depan seorang anak.

Kolaborasi untuk Perawatan Bayi Prematur

Dalam rangka memperingati Hari Prematur Sedunia tahun 2025, Nestlé Indonesia berkolaborasi dengan rumah sakit dan Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU) untuk memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas mereka dalam merawat bayi lahir sebelum waktunya. RSCM juga ikut berpartisipasi dalam inisiatif ini, dengan menganggap seminar ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat kompetensi layanan.

Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto, menyatakan bahwa kolaborasi ini sangat penting. “Setiap bayi prematur harus mendapatkan perhatian dan kesempatan terbaik untuk tumbuh dan berkembang,” ujarnya. Kerja sama seperti ini merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap generasi mendatang.

Nutrisi Awal: Kunci untuk Masa Depan Bayi Prematur

Perawatan bagi bayi prematur tidak hanya berhenti pada aspek medis, tetapi juga mencakup aspek gizi yang krusial. Ahli neonatologi RSCM, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, menjelaskan bahwa hari pertama kehidupan adalah periode emas bagi bayi. Asupan gizi yang tepat sangat penting untuk perkembangan mereka.

ASI tetap menjadi sumber nutrisi terbaik, tetapi bayi prematur sering memerlukan tambahan nutrisi seperti human milk fortifier (HMFO). Jika ASI tidak tersedia, ASI donor yang telah disaring bisa menjadi pilihan. Alternatif lain adalah pangan olahan medis yang telah teruji klinis. Langkah-langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa bayi dapat bertahan hidup dan berkembang dengan optimal.

Dukungan Emosional dan Pendekatan Holistik

Bayi prematur dan BBLR tidak hanya membutuhkan tindakan medis, tetapi juga dukungan emosional. Ahli tumbuh kembang pediatri RSCM, Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, menekankan pentingnya peran orang tua dalam proses ini. “Tenaga kesehatan harus mengedukasi dan mendampingi orang tua agar tumbuh kembang anak berjalan optimal,” jelasnya.

Prematuritas menyentuh aspek emosional dan psikologis yang memengaruhi seluruh keluarga. Pengalaman berbagi dari orang-orang yang merawat bayi prematur menunjukkan bahwa perjalanan ini adalah perjuangan bersama antara keluarga dan tenaga kesehatan.

Siapkah Kita Menghadapi Krisis Ini?

Dengan angka kelahiran prematur yang tetap tinggi, tantangan di Indonesia tidak dapat diabaikan lagi. Pertanyaannya kini adalah seberapa siap kita untuk menghadapi krisis ini. Vera N. Gozali, Category Marketing Manager LACTOGROW, menegaskan bahwa setiap langkah kecil dari tenaga kesehatan sangat berarti bagi masa depan generasi yang lebih sehat.

Kelahiran prematur memang merupakan tantangan besar. Namun, ada harapan. Melalui edukasi yang berkelanjutan, kolaborasi antar berbagai pihak, dan dukungan yang tepat sejak awal kehidupan, Indonesia memiliki potensi untuk menurunkan angka kematian bayi. Investasi dalam perawatan bayi prematur dapat memperbaiki masa depan anak-anak di seluruh negeri.

Berita Terkait

Back to top button