Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia Berhasil

Heartology Cardiovascular Hospital berhasil mencetak sejarah dengan melaksanakan operasi jantung kompleks tanpa membelah dada untuk pertama kalinya di Indonesia. Prosedur Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) ini menggabungkan perbaikan katup mitral, penutupan Atrial Septal Defect (ASD), dan perbaikan katup trikuspid dalam satu tindakan bedah minimal invasif.

Atrial Septal Defect (ASD) adalah lubang pada septum jantung yang memisahkan serambi kanan dan kiri. Di Indonesia, banyak kasus ASD terlambat terdeteksi sehingga menimbulkan komplikasi serius seperti hipertensi paru. Heartology menghadirkan solusi tepat melalui prosedur MICS yang mengurangi trauma dan mempercepat pemulihan pasien.

Pentingnya Deteksi Dini ASD
ASD tipe sekundum menempati urutan kedua tertinggi pada penyakit jantung bawaan, dengan sekitar 30 persen kasus ASD. “Di Indonesia dengan 5 juta kelahiran per tahun, diperkirakan ada 8.500 bayi baru lahir dengan ASD sekundum,” ujar dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), konsultan jantung Heartology. Namun, lebih dari 50 persen kasus datang terlambat ke fasilitas kesehatan, karena keterbatasan tenaga ahli dan rendahnya kesadaran masyarakat.

Gejala ASD yang ringan membuat pasien sering tidak menyadari kondisinya hingga dewasa. “Pasien biasanya mengalami cepat lelah, jantung berdebar, atau sesak napas yang mudah disalahartikan,” jelas dr. Radityo. Jika tidak ditangani, ASD menyebabkan overload volume pada ruang jantung kanan, kebocoran katup, gangguan irama jantung, dan hipertensi paru, yang dapat berkembang menjadi sindrom Eisenmenger.

Diagnosa dengan Teknologi Ekokardiografi Presisi
Teknologi ekokardiografi menjadi kunci utama dalam diagnosis dan menentukan treatment plan. Ekokardiografi transthoracic adalah pemeriksaan awal, namun ekokardiografi transesofageal memberikan gambaran detail ukuran dan lokasi lubang. Pemeriksaan ini penting untuk memutuskan apakah ASD dapat ditangani secara transkateter atau memerlukan operasi.

Kasus Kompleks dan Prosedur MICS di Heartology
Kasus Ny. Nurfitriyana (38 tahun) merupakan contoh ASD yang sudah menimbulkan komplikasi pada katup mitral dan trikuspid. Tim Heartology melakukan keputusan multidisipliner untuk melaksanakan operasi MICS high-complexity, yang menggabungkan tiga prosedur sekaligus dalam satu tindakan minimal invasif.

Operasi dipimpin oleh dr. Dicky A. Wartono, Sp.BTKV dengan sayatan kecil tanpa membelah tulang dada sehingga mengurangi trauma jaringan. “Prosedur kombinasi seperti ini baru dilakukan dua kali di dunia dan Heartology menjadi pusat ketiga di dunia sekaligus pertama di Indonesia,” ujar dr. Dicky. Keuntungan MICS terbukti secara ilmiah dapat menurunkan nyeri setelah operasi, mempercepat proses pemulihan hingga 30-50 persen dibanding operasi konvensional.

Dampak Sosial dan Ekonomi Prosedur Minimal Invasif
MICS lebih dari sekadar prosedur estetis, karena memberikan manfaat nyata untuk produktivitas pasien. “Luka kecil bukan hanya kosmetik; pasien bisa kembali produktif lebih cepat dengan nyeri yang minim,” jelas dr. Dicky. Keberhasilan ini menandai kemajuan layanan kesehatan jantung di Indonesia sejajar standar global.

Langkah Strategis untuk Masa Depan
Heartology mengingatkan pentingnya peningkatan kesadaran dan deteksi dini terhadap ASD. “ASD bukan penyakit langka, tapi sering diremehkan. Deteksi dini mencegah komplikasi berat dan menekan biaya pengobatan jangka panjang,” pesan dr. Radityo.

Dengan kombinasi teknologi modern dan kolaborasi multidisipliner, Heartology membuka era baru penanganan penyakit jantung bawaan dewasa di Indonesia. Prosedur MICS menandai lompatan besar dalam efektivitas, keselamatan, dan kualitas hidup pasien jantung.

Berita Terkait

Back to top button