Pesta rakyat pernikahan Luthfianisa Putri Karlina dan Maula Akbar Mulyadi Putra, yang merupakan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, berujung pada tragedi di Alun-alun Lapangan Oto Iskandar Dinata, Garut. Acara yang berlangsung pada Jumat, 18 Juli, menjadikan suasana meriah berubah menjadi mencekam setelah terjadinya kericuhan yang menyebabkan tiga orang meninggal dunia akibat terinjak dan kurang oksigen.
Kapolres Garut, AKBP Yugi Bayu Hendarto, mengungkapkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki penyebab kematian tersebut. Meski pesta rakyat ini telah direncanakan dengan baik dan melibatkan koordinasi antara panitia dan polisi mengenai alur masuk dan keluar, insiden tersebut menunjukkan adanya masalah dalam pengorganisasian dan kontrol massa. “Kami tengah mendalami apakah terjadi kelalaian dari panitia atau antusiasme massa yang terlalu besar,” kata Yugi dalam keterangannya.
Pihak kepolisian sebelumnya telah menyiapkan pengamanan yang melibatkan 400 personel gabungan dari berbagai instansi, termasuk TNI dan Satpol PP. Tujuan dari pengamanan tersebut adalah untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung lancar dan aman. Namun, dalam praktiknya, pengamanan tersebut tampaknya tidak dapat mencegah kericuhan yang terjadi ketika masyarakat berusaha mendekat dan mendapatkan makanan gratis yang disediakan dalam acara tersebut.
Kericuhan menyebabkan terjadi desakan di gerbang utama, yang membuat beberapa orang pingsan. Data yang diperoleh mencatat bahwa sebanyak 26 orang mengalami pingsan dan luka-luka. Mereka yang terjatuh tersebut segera dievakuasi oleh petugas keamanan dan medis yang berada di lokasi. Sayangnya, upaya tersebut tidak dapat menyelamatkan tiga korban yang sudah disebutkan sebelumnya: Vania Aprilia, 8 tahun; Dewi Jubaedah, 61 tahun; dan anggota Polres Garut, Bripka Cecep Saeful Bahri, 39 tahun.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, menanggapi insiden tersebut dengan tegas. Ia menyatakan bahwa kegiatan lanjutan pernikahan akan ditunda atau ditiadakan, mengingat dampak tragis yang terjadi. “Kegiatan ini mendapatkan sambutan antusias yang tinggi, tetapi kami tidak dapat melanjutkan acara setelah insiden ini,” ujarnya.
Masyarakat setempat mengaku sangat antusias menghadiri acara yang diadakan oleh pejabat daerah tersebut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kerumunan besar tanpa manajemen yang memadai menjadi faktor utama kepanikan yang terjadi di lokasi. Kejadian ini juga mengingatkan kita akan pentingnya persiapan yang matang dan pengelolaan kerumunan dalam setiap acara publik, terutama yang melibatkan banyak orang.
Saat ini, Polres Garut telah memeriksa Event Organizer (EO) yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan acara ini. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua prosedur keamanan telah diikuti dan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa yang menyebabkan kericuhan tersebut. Penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberikan kejelasan mengenai tanggung jawab dalam insiden yang merenggut nyawa.
Tragedi ini tidak hanya menjadi tragedi bagi keluarga korban, tetapi juga menciptakan keprihatinan yang lebih luas di kalangan masyarakat. Harapan kini mengarah kepada perbaikan dalam manajemen acara serupa di masa mendatang, agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.
Dengan kesadaran akan pentingnya keamanan, baik panitia maupun aparat keamanan diharapkan dapat bekerja lebih baik dalam merencanakan dan melaksanakan acara yang melibatkan massa. Kesiapsiagaan dan respons cepat terhadap situasi darurat menjadi kunci untuk mencegah terulangnya insiden tragis semacam ini.





