Operasi Modifikasi Cuaca Dicanangkan untuk Tangani Karhutla di Rokan Hilir

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, memicu pemerintah untuk melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna menangani kondisi darurat ini. Operasi ini dimulai pada Senin, 21 Juli, dan diharapkan dapat mengurangi dampak dari karhutla yang terus meluas. Kepala Balai Pengendalian Kebakaran Hutan (Kabalai Dalkarhut) Sumatra, Ferdian Krisnanto, menyampaikan bahwa OMC akan berlangsung selama seminggu hingga 27 Juli 2025, dengan target utama wilayah yang terdampak.

Sebanyak 15 ton garam bahan semai telah disiapkan sebagai bagian dari operasi ini. Pada hari pertama, telah dilakukan dua sortie penerbangan di beberapa wilayah di Riau yang mengalami karhutla, termasuk Indragiri Hilir, Pelalawan, Dumai, dan Bengkalis. Dari total tersebut, 2 ton garam telah digunakan, dan sisa stok diharapkan dapat mendukung pemadaman di Rokan Hilir yang sangat membutuhkan.

Ferdian menjelaskan bahwa pemadaman karhutla juga dilakukan melalui metode darat dan udara. Tim di Jakarta sedang menganalisis citra satelit untuk memperkirakan luasan area terdampak, sementara tim darat berfokus untuk memadamkan kepala api. “Kami harus segera menembus lokasi api, meskipun cuaca dan angin yang berubah-ubah menyulitkan,” ujarnya. Dia menekankan pentingnya untuk memadamkan kepala api sebelum beralih ke bagian lain, untuk memastikan efisiensi dalam proses pemadaman.

Sementara itu, Supervisor OMC Karhutla Riau, Ibnu Athoilla, menyatakan bahwa potensi awan hujan hari ini terlihat berada di selatan dan utara Provinsi Riau. Dengan dominasi arah angin dari tenggara-selatan, terdapat harapan bahwa OMC dapat membantu proses pemadaman dan membasahi lahan, sehingga risiko karhutla dapat diminimalisir.

Operasi Modifikasi Cuaca ini menyasar lokasi dengan intensitas kebakaran tinggi, di mana kehadiran air menjadi sangat krusial untuk mencegah meluasnya kebakaran. Pemerintah menargetkan supaya dampak negatif dari karhutla, baik untuk lingkungan maupun kesehatan masyarakat, dapat diminimalisir secepat mungkin. Dalam hal ini, kebakaran hutan tidak hanya berdampak pada flora dan fauna, tetapi juga berpotensi menimbulkan kabut asap yang mengganggu aktivitas manusia.

Penerapan OMC di Rokan Hilir merupakan salah satu langkah strategis dalam mengatasi karhutla yang kerap terjadi pada musim kemarau. Berbagai pihak, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), mengawasi perkembangan situasi dengan ketat.

Tim pemadam kebakaran bekerja dalam kondisi yang menantang. “Kami menerobos lokasi yang paling sulit dijangkau, untuk segera menanggulangi titik paling berbahaya,” kata Ferdian. Penggunaan alat berat juga diperlukan untuk mendukung upaya pemadaman dan menekan penyebaran api lebih lanjut.

Sementara itu, masyarakat juga diimbau untuk ikut berperan aktif dalam pencegahan terjadinya karhutla. Edukasi mengenai bahaya pembakaran hutan dan denda bagi pelaku pembakaran liar menjadi langkah penting lain yang dicanangkan oleh pemerintah. Upaya-upaya ini diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga kelestarian hutan.

Pemerintah juga tengah menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder untuk mendukung upaya yang lebih berkelanjutan dalam mengatasi masalah kebakaran hutan. Dalam konteks ini, penggunaan teknologi modern seperti analisis satelit dan pemantauan cuaca menjadi alat vital.

Dengan adanya OMC dan upaya koordinasi yang intensif, diharapkan Rokan Hilir dapat segera terbebas dari ancaman karhutla. Pastinya, keberhasilan dalam operasi ini akan sangat bergantung pada cuaca dan kerjasama antar semua pihak yang terlibat. Upaya yang kolaboratif ini diharapkan bukan hanya menyelesaikan masalah saat ini, tetapi juga dapat dijadikan sebagai model untuk penanganan karhutla di masa depan.

Exit mobile version