Karhutla Muarojambi: 265 Hektare Lahan Gambut Terbakar, Petugas Kewalahan

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda kawasan lahan gambut di Desa Gambut Jaya, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, telah mencapai skala yang sangat mengkhawatirkan. Hingga Jumat (25/7/2025), api telah menghanguskan sekitar 265 hektare lahan gambut. Petugas gabungan dari Satgas Karhutla Provinsi Jambi masih berupaya memadamkan api yang terus menyebar, namun berbagai kendala membuat upaya tersebut sangat sulit dilakukan.

Kebakaran ini dimulai beberapa hari lalu, dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem yang sedang melanda wilayah tersebut. Angin kencang serta minimnya sumber air di lokasi kebakaran menjadi penghambat utama bagi petugas pemadam. “Hingga saat ini status api masih belum bisa dipadamkan,” ungkap Ipda Maulana Kesuma, Paur Penum Subbid Penmas Bidhumas Polda Jambi. Dari total lahan yang terbakar, baru sekitar 13,5 hektare yang berhasil dipadamkan, menunjukkan betapa sulitnya tugas yang dihadapi petugas.

Lahan gambut sangat rentan terhadap kebakaran, terutama saat musim kemarau. Api dapat menyebar tidak hanya di permukaan, tetapi juga menyusup ke bawah tanah, sehingga sulit dideteksi secara kasat mata. Dalam keadaan ini, petugas harus menggali tanah dan menyiram area yang terduga masih menyimpan bara api. “Kondisi ini membuat kami bekerja ekstra keras,” tambah Maulana.

Melihat situasi yang terus memburuk, Satgas Karhutla Provinsi Jambi tidak tinggal diam. Mereka, bersama dengan masyarakat setempat, terus melakukan upaya pemadaman manual. Namun, upaya pemadaman dari udara belum dapat dilakukan secara optimal, disebabkan oleh cuaca yang tidak mendukung dan kondisi geografis yang sulit diakses. “Kami berharap bisa segera mendapatkan dukungan lebih baik agar dapat memadamkan api dengan lebih efektif,” ujar salah satu anggota Satgas.

Kebakaran yang berlangsung selama empat hari ini menunjukkan betapa rentannya lingkungan lahan gambut. Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena kebakaran lahan ini semakin menjadi perhatian, mengingat dampaknya tidak hanya merugikan lingkungan tetapi juga kesehatan masyarakat. Udara yang tercemar akibat asap kebakaran dapat menyebabkan gangguan kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit pernapasan.

Selain itu, ada imbauan dari petugas setempat agar masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan membakar, terutama selama musim panas seperti saat ini. “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan sembarangan, karena itu sangat berisiko dalam kondisi cuaca yang kering dan panas,” tegas Maulana. Berbagai seminar dan sosialisasi tentang bahaya karhutla juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat.

Dalam rangka menanggulangi masalah ini secara lebih komprehensif, pihak berwenang perlu meningkatkan strategi pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Penjagaan terhadap kawasan rawan kebakaran serta pelibatan masyarakat dalam penjagaan dan pemadaman karhutla secara aktif menjadi langkah yang sangat penting. Selain itu, diperlukan juga dukungan dari instansi terkait untuk penanganan yang lebih sistematis dan terkoordinasi.

Dengan situasi yang semakin mendesak dan kebakaran yang meluas, semua pihak diharapkan dapat bersatu dalam menghadapi tantangan ini. Kesadaran yang tinggi akan risiko kebakaran dan partisipasi aktif dari masyarakat dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam pencegahan karhutla di masa mendatang.

Exit mobile version