Apa Itu Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)? Menyongsong Pendidikan Holistik

Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) adalah sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) untuk membawa perubahan signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. KBC bukanlah tambahan mata pelajaran baru, melainkan sebuah upaya untuk mengembalikan ruh kemanusiaan dalam ruang belajar, yang menjadi semakin relevan di tengah berbagai tantangan seperti perundungan, intoleransi, dan meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan pelajar.

Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor 10 Tahun 2025, KBC dirancang sebagai "spirit" yang meresap ke dalam seluruh aspek pendidikan. Tujuan utamanya adalah membentuk ekosistem pendidikan yang lebih humanis, inklusif, dan transformatif, di mana siswa tidak hanya belajar untuk menguasai pengetahuan, tetapi juga untuk mencintai dan memahami orang lain di sekitarnya. Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Prof. Nurhayati, menegaskan bahwa gagasan KBC adalah respons terhadap sistem pendidikan nasional yang kerap kehilangan sentuhan kemanusiaan.

Pentingnya penyisipan cinta dalam kurikulum ini berakar dari kebutuhan untuk meningkatkan empati dan kepedulian di kalangan siswa. Pendekatan pendidikan yang hanya fokus pada aspek kognitif terbukti tidak cukup lagi. Mengingat tingginya angka perundungan dan meningkatnya kecemasan di kalangan pelajar, KBC menjadi kebutuhan mendesak untuk mempersiapkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kepekaan sosial.

KBC dibangun di atas empat pilar utama yang mencerminkan nilai-nilai penting dalam pendidikan, yaitu:

  1. Cinta kepada Tuhan – Mendorong siswa untuk memahami esensi ajaran agama sebagai manifestasi kasih sayang.
  2. Cinta kepada Sesama Manusia – Mengajarkan empati dan tindakan nyata untuk membantu mereka yang membutuhkan, seperti anak yatim atau penyandang disabilitas.
  3. Cinta terhadap Lingkungan – Memupuk tanggung jawab terhadap lingkungan, sejalan dengan isu krisis iklim yang menjadi perhatian generasi muda saat ini.
  4. Cinta kepada Bangsa – Menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap kemajuan negara, agar siswa menjadi individu yang nasionalis dengan sikap global.

Implementasi KBC sudah dimulai dengan instruksi dari Kemenag untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kasih dalam pendidikan. Namun, aksi nyata harus dimulai dari ruang kelas dan lorong sekolah, di mana guru berperan penting sebagai teladan dalam menciptakan lingkungan belajar yang hangat dan suportif. KBC diharapkan akan mengubah budaya sekolah menjadi lebih ramah dan aman bagi semua siswa.

Kurikulum ini bukan hanya sebuah program jangka pendek, tetapi juga investasi untuk masa depan yang lebih manusiawi. Prof. Nurhayati menekankan bahwa pendidikan berbasis cinta akan menghasilkan generasi yang cemerlang secara akademis dan memiliki karakter yang kuat dan penuh kasih. Dengan mempersiapkan generasi masa depan yang terbuka dan hangat, KBC berpotensi membawa perubahan besar menuju masyarakat yang lebih baik.

Masyarakat juga diajak berkontribusi dalam mewujudkan nilai-nilai KBC dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di lingkungan sosial lainnya. Dengan kolaborasi semua elemen, diharapkan pendidikan Indonesia dapat bergerak maju dan menghasilkan individu yang tidak hanya pintar, tetapi juga penuh empati dan kasih sayang.

Berita Terkait

Back to top button