Jumlah penderita penyakit ginjal kronis (PGK) di Indonesia terus meningkat, dan hal ini menjadi perhatian utama bagi banyak pihak, termasuk para penyandang disabilitas. Dalam konteks ini, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) memainkan peran penting sebagai penyelamat jiwa, terutama bagi mereka yang tergolong dalam kelompok rentan. Kasus seperti yang dialami Dwi Windharta, seorang penyandang disabilitas yang kini mengandalkan proses cuci darah, menggambarkan bagaimana BPJS Kesehatan membantu meringankan beban finansial dalam pengobatan jangka panjang.
Dwi, yang menderita PGK stadium 5, harus menjalani hemodialisis secara rutin. Ia mengungkapkan, "Alhamdulillah dijamin BPJS Kesehatan," menjelaskan betapa besarnya arti dukungan ini baginya. Sejak didiagnosis pada tahun 2008, ia tidak hanya berjuang melawan penyakit ginjal, tetapi juga harus menghadapi keterbatasan fisik akibat disabilitas yang melekat sejak kecil. Dengan seluruh biaya perawatan yang ditanggung BPJS Kesehatan, Dwi bisa berfokus menjalani pengobatan tanpa khawatir soal biaya.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit tidak menular, termasuk PGK, terus meningkat. Di DIY, misalnya, tercatat 3.415 kasus PGK hanya dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2025. Fenomena ini dipicu oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak sehat dan minimnya aktivitas fisik. Penyebab utama PGK sering kali terkait dengan diabetes dan hipertensi, yang kerap kali tidak menunjukkan gejala hingga stadium lanjut.
Pentingnya Edukasi Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie, menekankan perlunya usaha bersama untuk menekan angka PGK melalui edukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat. Program perilaku hidup bersih dan sehat terus disosialisasikan, terutama kepada mereka yang berisiko tinggi, termasuk penyandang disabilitas. Penekanan pada pola makan seimbang dan peningkatan aktivitas fisik diharapkan bisa mengurangi insiden PGK di masa depan.
BPJS Kesehatan juga berperan signifikan dalam peningkatan akses layanan kesehatan. Sebagai lembaga yang menjamin seluruh biaya penanganan medis, BPJS Kesehatan menjadi jembatan bagi pasien untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Rizzky Anugerah, kepala humas BPJS Kesehatan, menjelaskan bahwa bagian terbesar dari pengeluaran BPJS digunakan untuk penyakit katastropik, di mana PGK menjadi salah satu fokus utama. Ini sangat penting, mengingat penyakit ini memerlukan perawatan berkelanjutan yang bisa membebani keuangan keluarga.
Dukungan bagi Penyandang Disabilitas
Bagi penyandang disabilitas seperti Dwi, BPJS Kesehatan adalah akses vital untuk mendapatkan bantuan medis yang mereka perlukan. Selain menanggung biaya cuci darah, BPJS Kesehatan memberikan kemudahan bagi pasien dalam mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan tanpa takut akan keterbatasan finansial. Menurut pakar kesehatan, pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi masalah ginjal sejak dini sebelum menjadi lebih parah, sehingga penting bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kesehatan mereka.
Dukungan seperti ini sangat berarti bagi penyandang disabilitas yang mungkin menghadapi tantangan tambahan dalam mendapatkan perawatan. Dwi, yang diiringi istrinya yang juga penyandang disabilitas, merasa beruntung bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang terjamin. Namun, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan mobilitas dan dukungan psikososial yang dibutuhkan.
Tantangan dan Harapan
Meskipun Dwi dan banyak lainnya mendapatkan dukungan dari BPJS Kesehatan, situasi di rumah sakit seringkali sangat menantang. Unit hemodialisis di berbagai rumah sakit sering kali penuh, sehingga mengakibatkan antrean panjang bagi pasien. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas layanan kesehatan di Indonesia agar lebih responsif terhadap kebutuhan warganya, terutama di tengah meningkatnya angka kasus PGK.
Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat menjadi sangat penting. Strategi edukasi yang lebih baik tentang faktor risiko PGK dan gaya hidup sehat diharapkan dapat menekan angka kejadian penyakit ini di masyarakat. Dengan upaya yang tepat, beban yang dipikul oleh pasien seperti Dwi dapat dikurangi, dan lebih banyak nyawa bisa diselamatkan melalui layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas.
Dalam konteks ini, BPJS Kesehatan telah menunjukkan perannya sebagai pendukung vital dalam menghadapi krisis kesehatan yang semakin meningkat di Indonesia.





