Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan pentingnya sinergi antara Polri dan ulama dalam menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Haul Al-Marhumin di Pondok Pesantren Buntet, Cirebon, Jawa Barat, yang berlangsung pada Minggu, 3 Agustus 2025. Kapolri menekankan bahwa kolaborasi antara kedua pihak memiliki peran yang saling melengkapi dalam memperkuat nilai-nilai keislaman dan kebudayaan pesantren.
Dalam sambutannya, Kapolri menyatakan, “Polri dan ulama memiliki peran dan fungsi yang saling melengkapi dalam menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.” Ini menjadi penegasan bahwa kedua entitas tersebut adalah pilar penting dalam membangun bangsa yang harmonis dan damai. Jenderal Listyo juga berharap agar momen ini dapat menjadi sarana untuk memperkuat semangat kebersamaan.
Acara haul yang dipimpin oleh KH Adib Rofi’uddin Izza ini dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Ketua MPR Ahmad Muzani dan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Selain itu, acara ini juga menjadi penghormatan dan doa bagi jasa para sesepuh yang telah wafat, dan diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an serta lagu-lagu nasional. Kehadiran berbagai tokoh masyarakat ini menunjukkan bahwa sinergitas antara ulama dan umaro diperkuat melalui tradisi yang sudah ada sejak lama.
Kapolri menekankan visi bersama dalam mewujudkan Indonesia yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghofur”. Ini bukan hanya sekadar slogan, tetapi juga pernyataan cita-cita untuk membangun masyarakat yang sejahtera dan damai. Dalam konteks ini, Kapolri mengajak semua kiai, ustadz, dan santri untuk mendukung langkah-langkah Polri dalam mencapai tujuan tersebut.
Dalam upaya menjaga stabilitas sosial, Kapolri mengakui bahwa peran ulama sangat krusial. Ketika ulama dan Polri bersinergi, maka potensi konflik dapat diminimalisasi. Sebaliknya, kekuatan kolaborasi dua entitas ini dapat dioptimalkan untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat.
Berdasarkan data yang ada, Indonesia telah masuk ke dalam daftar 50 besar negara paling damai. Meski demikian, tantangan masih ada, dan kerja sama antara Polri dan ulama sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah-masalah seperti intoleransi dan radikalisasi. Kapolri percaya bahwa kepemimpinan spiritual ulama dapat mendampingi peran Polri dalam merangkul masyarakat.
Lebih lanjut, Kapolri juga menyoroti pentingnya pendidikan karakter di kalangan generasi muda. Dengan mengedepankan nilai-nilai agama dan budaya, diharapkan anak-anak bangsa dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya memahami ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki etika dan moral yang baik.
Menghadapi tantangan di era modern, Kapolri meminta kepada semua pihak untuk bersinergi dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua warga. Keberadaan ulama sebagai penuntun moral diharapkan dapat mengarahkan masyarakat ke jalan yang benar, mendukung program-program pemerintah demi tercapainya visi ‘Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045’.
Melalui sinergi ini, baik Polri maupun ulama dapat bersatu dalam mewujudkan masyarakat yang harmonis, berkeadilan, dan sejahtera untuk seluruh rakyat Indonesia. Sinergi ini bukan hanya penting pada tingkat lokal, tetapi juga untuk memperkuat identitas dan integritas bangsa di mata dunia. Kesuksesan sinergi antara Polri dan ulama, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun kerukunan antarumat beragama dan meneguhkan persatuan bangsa.
