Di tengah polemik mengenai penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung dari sampah organik, Universitas Warmadewa (Unwar) Bali berinovasi dengan mengolah limbah kulit salak menjadi minuman fungsional yang memiliki manfaat kesehatan. Inisiatif ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang dilaksanakan di Desa Batuan, Sukawati, Gianyar pada awal Agustus 2023.
Program ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada masyarakat tentang pemanfaatan limbah kulit salak, yang sering kali dianggap sebagai sampah. Menurut I Nengah Muliarta, Ketua Tim PKM, kulit salak (Salacca zalacca) mengandung senyawa bioaktif yang berpotensi membantu mengontrol kadar gula darah. Sayangnya, banyak orang yang membuang kulit salak setelah memanfaatkan daging buahnya, tanpa mengetahui potensi bagiannya yang dianggap limbah ini.
Muliarta menegaskan bahwa penanganan limbah di TPA Suwung menunjukkan pentingnya edukasi masyarakat mengenai manfaat mengolah sampah organik. "Masyarakat perlu diberi pemahaman tentang cara mengolah sampah agar bisa menjadi barang bernilai ekonomis dan bermanfaat untuk kesehatan," ujarnya. Dia menambahkan, dengan meningkatnya kesadaran soal keberlanjutan dan praktik ekonomi sirkular, masyarakat bisa mengubah kulit salak menjadi produk yang bermanfaat, seperti teh herbal.
Pentingnya pengendalian kadar gula darah menjadi tantangan signifikan bagi penderita diabetes, yang semakin meningkat di seluruh dunia. Menurut data, diabetes tipe 2 menjadi salah satu penyebab utama komplikasi kesehatan dan kematian. Oleh karena itu, kesadaran akan pengelolaan diet dan penggunaan produk sehat perlu diperkuat.
Ketua PKK Desa Batuan, Kadek Dewi Sunastrini, mengapresiasi program pelatihan ini. Dia menilai bahwa informasi dan keterampilan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. “Pengolahan kulit salak menjadi minuman yang berguna dapat mengurangi sampah dari sumber,” ungkapnya. Sunastrini berharap bahwa pelatihan ini akan mendorong ibu-ibu di desa untuk mempraktikkan teknik yang mereka pelajari dan berbagi pengetahuan dengan lainnya dalam kelompok PKK.
Produksi buah salak di Bali sangat signifikan, dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat produksi mencapai 27.276 ton pada tahun 2024. Kabupaten Karangasem menduduki posisi teratas dengan 24.972 ton, diikuti Badung dan Gianyar dengan masing-masing 846 ton dan 734 ton. Dari total produksi, kulit salak menyumbang limbah sekitar 20-30% dari berat keseluruhan buah. Jika satu buah salak beratnya 100 gram, maka kulitnya bisa berkontribusi sekitar 20-30 gram limbah.
Inovasi pengolahan kulit salak ini juga dapat menjadi contoh dalam pengurangan sampah organik di TPA Suwung. Edukasi yang tepat tentang pengelolaan sampah akan mengurangi stigma negatif terhadap penggunaan limbah. “Kita harus menyadari bahwa setiap limbah bisa memiliki nilai, asalkan kita tahu cara memanfaatkannya,” ujar Muliarta.
Perdebatan mengenai penutupan TPA Suwung terkait sampah organik seharusnya tidak menjadi masalah yang rumit. Jika masyarakat menerima edukasi yang cukup tentang pengelolaan sampah, mereka akan melihat potensi manfaat dari scrap dan bisa mengimplementasikan pengelolaan limbah yang lebih baik.
Seiring berjalannya program ini, harapan akan terciptanya masyarakat yang lebih sadar lingkungan dan mampu memberdayakan sumber daya lokal semakin kuat. Dengan pendekatan yang benar, limbah dapat menjadi aset yang berharga, mendukung kesehatan dan lingkungan secara bersamaan.
