Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menyampaikan kritik tajam kepada sekelompok elite yang dianggapnya meremehkan pemikiran para proklamator kemerdekaan, Soekarno dan Mohammad Hatta. Dalam pidato di Sidang Tahunan MPR RI, Prabowo menegaskan bahwa anggapan bahwa ide-ide Angkatan 1945 sudah ketinggalan zaman adalah pandangan yang keliru. Ia menyebutkan bahwa sering kali orang-orang yang menganggap diri mereka “paling pintar” di republik ini menganggap pemikiran tersebut tidak relevan dalam menghadapi tantangan modern.
Prabowo berkata, “Saya melihat ada kecenderungan dari sebagian kaum elite Indonesia… mereka memandang bahwa pemikiran Bung Karno, pemikiran Bung Hatta, pemikiran Generasi 45 tidak relevan lagi di zaman sekarang.” Menurutnya, pandangan tersebut sangat merugikan, karena justru pemikiran para pendiri bangsa harus diterapkan untuk membangun Indonesia di abad ke-21.
Dalam pidato tersebut, Prabowo menjelaskan bahwa para pejuang Angkatan 45 telah melalui proses penjajahan, imperialisme, dan kolonialisme. Mereka merasakan secara langsung bagaimana kekayaan Indonesia diambil dan dijarah selama berabad-abad. Sebagai respon, para pendiri bangsa menyusun dokumen yang berisi visi dan misi untuk mendorong kemajuan bangsa. “Mereka buat dokumen yang tidak terlalu panjang, tetapi sangat eksplisit menjelaskan bagaimana kita harus laksanakan ekonomi kita dan demokrasi kita,” paparnya.
Keyakinan Prabowo terhadap pemikiran para pendiri bangsa tampak jelas ketika ia menegaskan bahwa jika Indonesia mengikuti rancang bangun yang telah dibuat oleh mereka, negara ini dapat menjadi kuat secara ekonomi dan politik. “Jika kita mau, Indonesia akan bisa menjadi negara yang tangguh,” ujarnya. Ini menunjukkan harapan Prabowo bahwa pengajaran sejarah dan pemikiran kritis tentang masa lalu harus diteruskan kepada generasi mendatang.
Sidang Tahunan MPR RI kali ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk mantan presiden dan wakil presiden, serta anggota DPR dan DPD. Acara berlangsung di Gedung Nusantara, Jakarta, dan dihadiri oleh lebih dari 600 peserta yang termasuk jajaran menteri dan wakil menteri. Pidato kenegaraan Prabowo dalam rangka HUT Ke-80 Kemerdekaan RI juga menyertakan penayangan video mengenai capaian pemerintahan, menekankan bahwa keberhasilan pemerintahan tidak terlepas dari pemahaman tentang sejarah dan fondasi negara.
Sementara itu, kritik Prabowo juga mencerminkan ketidakpuasan terhadap cara pandang yang cenderung meremehkan warisan pemikiran nasional. Dalam konteks masyarakat yang semakin modern, ia berargumen bahwa kita tidak seharusnya melupakan akar pemikiran yang berkontribusi dalam membentuk identitas bangsa.
Acara ini tidak hanya menjadi forum bagi Prabowo untuk menyampaikan pandangannya, tetapi juga menciptakan ruang diskusi penting mengenai relevansi nilai-nilai Pancasila dan ideologi yang diusung oleh para proklamator. Penekanan Prabowo pada pentingnya pemikiran para pendiri bangsa menunjukkan bahwa meskipun era terus berubah, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tetap relevan untuk perkembangan Indonesia ke depan.
Dari pidato ini, masyarakat diharapkan dapat berpikir kritis tentang warisan sejarah dan mengaplikasikannya dalam konteks modern. Penerapan pemikiran para pendiri bangsa dapat menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Keterhubungan antara masa lalu dan masa kini harus diperkuat, dengan tujuan mencapai kemajuan yang berkelanjutan bagi bangsa Indonesia.





