Founder Restorasi Jiwa Ajak Masyarakat Lawan Provokasi dengan Ketenangan

Di tengah meningkatnya gejolak sosial dan intensitas provokasi yang dapat memicu kerusuhan di berbagai daerah, Syam Basrijal, Founder Restorasi Jiwa Indonesia, mengajak masyarakat untuk melawan provokasi dengan menjaga ketenangan jiwa dan kewarasan. Seruan moral ini disampaikan dalam konteks peringatan bahwa emosi yang tidak terkendali dapat memperburuk situasi, bukan menyelesaikannya.

Syam menekankan pentingnya memiliki “mata tenang di tengah pusaran badai” untuk menghadapi situasi sulit. Menurutnya, kewarasan adalah bentuk kekuatan kolektif yang dapat menetralkan situasi yang dipanaskan oleh provokasi. “Amarah adalah energi yang bisa membebaskan, namun jika tidak terkendali, ia menjadi lebih berbahaya,” ungkapnya.

Dia mengingatkan bahwa ketidakstabilan emosi akan membuat individu rentan terhadap provokasi. Banyak orang terjebak dalam keyakinan bahwa teriakan keras menunjukkan kekuatan, padahal sikap tersebut justru bisa menjadi celah bagi provokator untuk menyulut kepanikan. Oleh karena itu, pandangan yang tenang dan objekтив dalam menanggapi peristiwa sangatlah vital.

Syam juga berupaya mengingatkan masyarakat untuk kembali mendengarkan suara hati yang jernih. Ia menjelaskan bahwa hasutan dan ujaran kebencian sering kali menyasar emosi massa, sehingga penting bagi individu untuk tetap berada di jalur rasionalitas. “Suara hati yang jernih tidak membakar, melainkan menyejukkan. Ia tidak menyerukan penghancuran, melainkan perlunya menjaga,” tambahnya.

Di tengah situasi konflik, Syam mengajak masyarakat untuk berpikiran kritis dan tidak menjadi pion dalam permainan politik. Ia menegaskan hak masyarakat untuk bersuara, namun perlu diingat bahwa suara tersebut tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan yang merugikan bangsa. Narasi ini merupakan bentuk refleksi dalam inisiatif Restorasi Jiwa Bangsa yang ingin menciptakan masyarakat bermental sehat dan dewasa.

“Restorasi jiwa bangsa bukan sekadar jargon. Ini adalah ajakan untuk menyehatkan cara pandang, cara merasakan, dan cara bersikap,” tegas Syam. Masyarakat diharapkan dapat membangun ketenangan batin sehingga menciptakan ruang untuk berpikir dan mencerna informasi dengan baik.

Dengan semakin maraknya isu dan permainan kepentingan yang membayangi stabilitas bangsa, panggilan untuk menjaga kedamaian batin menjadi semakin mendesak. Syam percaya bahwa bangsa ini akan tetap berdiri kokoh jika setiap individu berupaya mempertahankan ketenangan jiwa dan kejernihan hati. “Indonesia adalah rumah bersama yang luas. Gelombang provokasi mungkin akan terus datang, tetapi jika jiwa-jiwa kita tetap jernih, rumah ini akan tetap berdiri,” sebutnya.

Pengumuman ini diharapkan dapat memperkuat kesadaran kolektif dalam menghadapi tantangan sosial dan politik yang ada. Kewarasan, seperti yang ditegaskan Syam, bukan hanya berfungsi sebagai perlindungan pribadi, tetapi juga sebagai wujud perlawanan kolektif yang esensial dalam situasi yang genting.

Masyarakat diingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi provokasi yang bisa datang dari berbagai sumber. Dengan menyuarakan pentingnya ketenangan dan kehidupan yang sehat secara mental, diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang lebih solid, saling mendukung dan berkomitmen dalam membangun stabilitas. Upaya ini, menurut Syam, adalah langkah awal bagi Indonesia untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi.

Exit mobile version