Reformer Academy 2025: LAN Dorong ASN untuk Berinovasi dan Bertransformasi

Perkembangan teknologi digital dan disrupsi ekonomi menjadi tantangan tersendiri bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dalam konteks ini, Lembaga Administrasi Negara (LAN) meluncurkan Program Reformer Academy 2025, yang bertujuan untuk mendorong ASN berinovasi dan bertransformasi dalam menjalankan pelayanan publik. Kepala LAN, Muhammad Taufiq, menekankan bahwa lebih dari 60% ASN saat ini berasal dari generasi Milenial dan Gen-Z, yang memiliki pola pikir dan harapan berbeda dibanding generasi sebelumnya.

Dalam acara Kick Off Reformer Academy, Taufiq menjelaskan bahwa perubahan dalam pola pikir dan pola kerja birokrasi sangat penting untuk merespons kebutuhan masyarakat akan pelayanan berkualitas. “Tujuan dari program ini adalah untuk menumbuhkan agen perubahan di kalangan generasi muda ASN, agar mereka dapat berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan sebuah agenda transformasi yang dirancang untuk menghasilkan pemimpin masa depan yang mampu menggerakkan perubahan dari dalam organisasi. Taufiq berharap agar para peserta dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam menciptakan perubahan kecil yang dapat berakumulasi menjadi dampak besar. Ia menjelaskan bahwa perubahan yang dibutuhkan haruslah adaptif dan inovatif, bukan sekadar perubahan yang bersifat kosmetik.

Deputi Bidang Transformasi Pembelajaran ASN, Erna Irawaty, menambahkan bahwa Reformer Academy akan diikuti oleh 285 ASN dari berbagai instansi, yang akan melalui proses seleksi ketat. Dari jumlah tersebut, hanya 100 peserta terpilih yang akan mengikuti bootcamp daring, dan setelah itu hanya 30 orang yang akan berkesempatan mengikuti bootcamp offline. Dengan program ini, LAN berharap dapat melahirkan para juara perubahan dalam birokrasi.

Ivan Ahda, Chief of Talent and Transformation di KTM Solution, juga menyoroti pentingnya manajemen perubahan yang efektif. Menurutnya, terdapat tiga elemen kunci dalam proses ini: pertama, intensi, yaitu dorongan untuk menciptakan ide perubahan; kedua, kapabilitas, yang mencakup keterampilan ASN untuk mengeksekusi perubahan yang nyata; dan ketiga, kemampuan untuk mengkomunikasikan serta menginspirasi orang lain dalam proses perubahan tersebut.

Dengan semua inisiatif ini, LAN berupaya menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ASN untuk berinovasi dan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi. Taufiq menekankan bahwa transformasi tidak hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga membutuhkan kolaborasi dan kerja tim untuk mencapai tujuan bersama. “Perubahan yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui upaya kolektif dari semua pihak,” katanya.

Melalui Reformer Academy 2025, diharapkan ASN tidak hanya menjadi pelaksana kebijakan, tetapi juga penggerak utama dalam transformasi birokrasi menuju tata kelola yang lebih baik. Program ini diharapkan dapat memenuhi ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan publik yang modern dan responsif. Dengan demikian, transformasi yang diinginkan dapat terwujud, mendukung tujuan pengembangan masyarakat menuju Indonesia yang lebih baik.

LAN optimis bahwa melalui program ini, ASN dapat menjadi garda terdepan dalam mewujudkan perubahan yang positif dan berkelanjutan, serta berperan aktif dalam memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Inisiatif ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menciptakan birokrasi yang adaptif dan siap menghadapi tantangan global di masa depan.

Berita Terkait

Back to top button