KNKT Selidiki Penyebab Kecelakaan Helikopter BK 117-D3 di Meratus

Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kini tengah melakukan penyelidikan menyeluruh mengenai penyebab kecelakaan helikopter BK 117-D3 yang jatuh di Hutan Meratus, Kalimantan Selatan. Kecelakaan yang terjadi pada Jumat dini hari, 5 September, ini telah menewaskan seluruh penumpang dan pilot yang berjumlah delapan orang.

Kecelakaan ini terjadi saat helikopter yang dioperasikan oleh Estindo Air itu ditemukan jatuh di kawasan hutan sekitar Air Terjun Mandin Damar, Kecamatan Mentewe, Kabupaten Tanah Bumbu. Identifikasi awal menunjukkan bahwa tiga dari delapan korban adalah Warga Negara Asing (WNA) yang berasal dari Australia, Brasil, dan India. Basarnas, dalam rilisnya, mengungkapkan bahwa proses evakuasi sangat menantang, mengingat medan yang curam dan tertutup hutan lebat, serta hujan yang mengakibatkan jalur evakuasi menjadi licin.

Proses Evakuasi dan Identifikasi

Direktur Operasi Basarnas, Laksamana TNI Yudhi Bramantyo, mengungkapkan bahwa seluruh jenazah korban telah dibawa ke RS Bayangkara TK III Hoegeng Imam Santoso di Banjarmasin untuk proses identifikasi. "Semua jasad korban sudah ditemukan dan saat ini sudah ada di RS Bayangkara Banjarmasin untuk diidentifikasi,” ujarnya.

Proses identifikasi melibatkan perwakilan keluarga korban untuk memudahkan langkah-langkah ante mortem. Kehadiran para keluarga di rumah sakit terlihat sangat emosional, menggambarkan duka mendalam atas kehilangan mereka.

Penyelidikan KNKT dan Penemuan Black Box

Dalam keterangannya, Yudhi menyebutkan bahwa pihaknya telah menemukan kotak hitam (black box) helikopter BK 117-D3. Penyerahan black box kepada KNKT berlangsung di Posko gabungan Lanud Syamsudin Noor. "Untuk penyelidikan penyebab kecelakaan helikopter merupakan kewenangan KNKT. Saat ini masih diselidiki," tegas Yudhi.

Black box tersebut menjadi kunci dalam menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan, seperti keadaan mesin helikopter atau aktivitas pilot pada saat kejadian. KNKT akan melakukan analisis menyeluruh untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai peristiwa nahas ini.

Kondisi Helikopter dan Lokasi Kecelakaan

Berdasarkan laporan yang diterima, helikopter ditemukan dalam kondisi terbakar dengan asap masih mengepul. Meskipun badan helikopter tidak sepenuhnya hancur, bagian ekor dilaporkan patah. Hal ini menandakan bahwa kecelakaan ini cukup parah dan serious dari sisi kerusakan fisik.

Lokasi kecelakaan terletak di koordinat 03° 5’6” S – 115° 37’39.07” E, yang dikenal sebagai daerah dengan medan yang sulit. Keberadaan hutan tertutup menyebabkan visibilitas yang rendah, dan menjadi tantangan tambahan bagi tim SAR dalam melakukan evakuasi.

Dampak Kecelakaan

Kecelakaan ini tentunya meninggalkan dampak yang luas, tidak hanya bagi keluarga korban tetapi juga bagi industri penerbangan di Indonesia. Dengan adanya tiga WNA di dalam pesawat, insiden ini juga menarik perhatian internasional. Excavasi dan investigasi menyeluruh diharapkan bisa memberikan pelajaran berharga untuk meningkatnya keselamatan penerbangan di daerah tersebut.

Tim KNKT dan Basarnas kini terus berupaya untuk mengungkap fakta-fakta yang ada, demi menjamin keselamatan dalam operasi penerbangan di masa mendatang. Masyarakat berharap agar hasil penyelidikan bisa dipublikasikan dalam waktu dekat agar semua pihak dapat memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai kecelakaan ini.

Berita ini menjadi pengingat bahwa keselamatan penerbangan merupakan tanggung jawab bersama yang harus diperhatikan dengan serius. Kejadian semacam ini menuntut perhatian lebih dari otoritas penerbangan agar kejadian serupa tidak terulang di masa yang akan datang.

Berita Terkait

Back to top button