Pemukulan Siswa ke Guru: Siswa Dikeluarkan, Ayah Terancam Sanksi Polisi

Pintu gerbang SMAN 1 Sinjai kini tertutup untuk MF, seorang siswa yang terlibat dalam aksi pemukulan terhadap wakil kepala sekolah, Mauluddin. Kejadian yang mencoreng citra pendidikan ini terjadi di hadapan ayah MF, Aiptu Rajamuddin. Setelah insiden tersebut, pihak sekolah mengambil langkah tegas dengan mencabut status MF sebagai siswa melalui keputusan yang diambil dalam rapat darurat dewan guru.

Kepala Sekolah SMAN 1 Sinjai, Muh Suardi, menjelaskan bahwa kekerasan yang dilakukan MF tidak bisa ditoleransi. “Setelah kejadian itu, kami langsung rapat di dewan guru, sehingga diputuskan tidak ada guru yang menerima anak ini. Jadi, dikeluarkan pada hari itu juga,” ungkap Suardi. Meskipun MF telah dikeluarkan, sekolah tetap membuka kesempatan baginya untuk melanjutkan pendidikan di institusi lain.

Keputusan untuk mengeluarkan MF datang setelah laporan bahwa ia sering mangkir dari jam pelajaran yang diampu oleh Mauluddin. Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, Bimbingan Konseling (BK) memanggil Aiptu Rajamuddin untuk sesi pembinaan. Namun, pertemuan yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah justru berubah menjadi tragedi.

Saat Mauluddin tiba di ruang BK, suasana tenang seketika berubah saat MF langsung menyerang. Suardi menceritakan, “Pak Maul datang setelah ditelepon, kemudian masuk ke ruangan BK. Tiba-tiba langsung diserang, dipukul langsung oleh MF di hadapan bapaknya.” Akibat serangan ini, Mauluddin mengalami luka terbuka di hidung dan memar di punggung, sehingga tidak dapat melanjutkan tugas mengajar.

Kasus ini tidak hanya berdampak pada MF tetapi juga membawa konsekuensi bagi Aiptu Rajamuddin. Ia kini tengah menjalani pemeriksaan internal oleh Propam Polres Sinjai atas dugaan pembiaran terhadap tindakan kekerasan anaknya. Kapolres Sinjai, AKBP Harry Azhar, menegaskan bahwa laporan sudah diterima dan tengah dalam proses penyelidikan. “Oknum polisinya sudah diperiksa oleh Propam,” jelasnya.

Di sisi lain, Aiptu Rajamuddin membantah tuduhan bahwa ia hanya diam saat insiden terjadi. Ia mengklaim telah mencoba untuk melerai dan bahkan memarahi MF usai serangan tersebut. “Saya berdiri dan melerai. Saya juga memarahi anak saya dan menyuruhnya minta maaf,” ujarnya.

Kejadian yang menyentak ini menjadi sorotan publik dan mengundang berbagai reaksi, terutama terkait dengan isu kekerasan di lingkungan pendidikan. Banyak yang mempertanyakan bagaimana seorang siswa bisa melakukan tindakan sebrutal itu di depan orang tua dan guru. Kementerian Pendidikan pun diharapkan akan memberikan perhatian khusus terhadap masalah ini agar tidak terulang di masa mendatang.

Kecenderungan siswa untuk menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah menunjukkan adanya krisis moral dan pendidikan yang harus diatasi dengan serius. Peran orang tua dalam mendidik dan mengawasi anak menjadi sangat krusial dalam konteks ini, terlebih lagi ketika orang tua juga memiliki profesi yang berkaitan dengan penegakan hukum.

Insiden ini diharapkan menjadi pelajaran bagi seluruh pihak baik di sekolah, orang tua, maupun masyarakat umum. Komunikasi yang baik antara siswa, guru, dan orang tua adalah kunci untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa mendatang. Bagaimana kedepannya dunia pendidikan di Sinjai akan merespons situasi ini menjadi sangat menarik untuk diikuti, terutama dalam upaya memperbaiki iklim pendidikan agar lebih kondusif dan aman bagi semua pihak.

Exit mobile version