Kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak di Kabupaten Bangka, Bangka Belitung, mengalami kenaikan yang signifikan hingga Agustus 2025. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, jumlah anak yang tercatat mengalami stunting dalam pengukuran rutin bulanan mencapai 255 orang, dibandingkan dengan 240 anak pada periode yang sama tahun lalu. Artinya terjadi peningkatan sebesar 15 kasus dalam satu tahun.
Lokus dan Upaya Intervensi
Subkoordinator Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Desi Yanti, menyebutkan bahwa lima lokus atau daerah dengan kasus stunting tinggi sudah teridentifikasi. Lokus tersebut meliputi Penagan, Mendo Barat, Kemuje, Labu Air Pandan, dan Kota Kapur. Desi menekankan pentingnya intervensi di daerah-daerah tersebut untuk menurunkan angka stunting, yang kini menjadi perhatian utama pemerintah daerah.
Penyebab Stunting
Berdasarkan penuturan Desi Yanti, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting di kawasan ini. Salah satu faktor utama adalah pernikahan dini. Kondisi ini sering mengakibatkan kurangnya pemahaman orang tua tentang gizi dan kesehatan anak, serta pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.
Menurutnya, kurangnya pengetahuan orang tua tentang asupan gizi yang tepat bisa berdampak langsung pada pertumbuhan anak. "Pernikahan dini ini salah satu penyebabnya, karena kurang pemahaman orang tua terkait gizi anak," ungkapnya.
Perbaikan Masih Mungkin
Desi juga menekankan bahwa upaya untuk memperbaiki kondisi stunting masih bisa dilakukan, khususnya untuk anak-anak berusia di bawah dua tahun. Pada usia tersebut, anak masih dalam tahap perkembangan yang krusial, yang memungkinkan adanya penanganan yang lebih efektif. Namun, usaha tersebut menjadi jauh lebih sulit ketika anak telah melewati usia dua tahun, mengingat faktor-faktor tumbuh kembang yang lebih kompleks.
Tantangan dan Harapan
Tantangan dalam mengatasi stunting di Kabupaten Bangka bukan hanya terletak pada masalah gizi, tetapi juga pada pemahaman masyarakat. Edukasi tentang gizi dan kesehatan perlu ditingkatkan, terlebih di daerah-daerah dengan angka stunting yang tinggi. Pemerintah daerah berupaya menggalang kerjasama dengan berbagai stakeholder untuk memaksimalkan program-program kesehatan yang ada.
Melihat peningkatan kasus stunting yang terjadi, langkah preventif sangat diperlukan. Disamping mengatasi pernikahan dini, upaya perluasan informasi tentang pola makan bergizi harus digalakkan. Selain itu, memberikan dukungan kepada ibu-ibu hamil serta yang baru melahirkan dalam memberikan ASI eksklusif juga sangat penting.
Secara keseluruhan, peningkatan kasus stunting di Bangka menunjukkan adanya tantangan serius yang harus segera diatasi. Melalui upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, diharapkan angka stunting dapat ditekan hingga menuju angka yang lebih baik di masa mendatang. Pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan terus berusaha maksimal dalam menangani isu ini demi masa depan anak-anak yang lebih sehat dan berkualitas.





