Pidato Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, di Majelis Umum PBB pada 23 September 2025, memicu perhatian luas dari media Israel. Dalam pidatonya, Prabowo mengemukakan komitmennya terhadap solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Menarik perhatian adalah penutup pidatonya yang mengucapkan "Shalom" dalam bahasa Ibrani, yang berarti "perdamaian." Ucapan ini menjadi menarik karena Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Media ternama Israel, seperti Times of Israel dan Jerusalem Post, merespons ucapan Prabowo tersebut. Mereka menilai bahwa ucapan "Shalom" menciptakan sebuah momen penting, meskipun negara dan budaya Indonesia berbeda jauh dari budaya Yahudi. Dalam laporannya, Jerusalem Post menyatakan bahwa meskipun Prabowo menekankan pada pentingnya keberadaan Israel sebagai negara yang aman, ia tetap membela hak-hak Palestina.
Menurut Prabowo, pengakuan Indonesia terhadap Israel akan terjadi apabila Israel mengakui negara Palestina terlebih dahulu. "Dunia harus menghormati hak Israel untuk hidup aman," tegasnya. Hal ini menunjukkan komitmennya untuk mendorong dialog antara kedua belah pihak demi mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Penutupan pidato Prabowo tidak hanya dengan "Shalom," tetapi juga diikuti dengan ucapan dalam bahasa Arab, "Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," yang merupakan salam umum dalam Islam. Ia juga menambahkan ungkapan Hindu, "Om shanti shanti shanti om," dan dalam tradisi Buddha, "Namo Buddhaya." Variasi ucapan ini mencerminkan keragaman agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
Prabowo menegaskan bahwa solusi dua negara adalah jalan yang tepat untuk mengakhiri konflik berkepanjangan. Ia juga memberikan pujian kepada beberapa negara yang telah mengakui Palestina, termasuk Prancis, Inggris, Kanada, dan Australia. "Pengakuan negara Palestina merupakan langkah di sisi sejarah yang benar," ujarnya.
Dalam pandangannya, mengakhiri bencana kemanusiaan di Gaza harus menjadi prioritas utama. Dia menyatakan, "Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. Mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kita." Pernyataan ini menunjukkan bahwa Prabowo berusaha untuk menjadi jembatan antara kedua belah pihak dalam konflik yang telah berlangsung sekian lama.
Kontroversi muncul mengingat posisi amat yang diambil Indonesia terkait isu Palestina-Israel. Dalam keterangan resminya, Prabowo mengungkapkan bahwa Indonesia akan terus mendukung semua jaminan untuk keamanan Israel, sambil tetap memegang komitmen yang kuat terhadap pengakuan negara Palestina. Hal ini semakin memperjelas posisi Indonesia yang berimbang meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel.
Media Israel menginterpretasi ucapan "Shalom" sebagai simbol keterbukaan dialog, tetapi banyak yang meragukan perubahan signifikan dalam hubungan Indonesia-Israel ke depan. Meskipun demikian, ucapan tersebut dapat dilihat sebagai sinyal bahwa Prabowo menginginkan pendekatan baru dalam diplomasi regional.
Dalam diskusinya, masyarakat internasional mengharapkan ucapan Prabowo di PBB menjadi langkah awal menuju dialog yang lebih konstruktif antara Israel dan Palestina. Terlepas dari perdebatan yang mungkin muncul, pidato ini menandakan upaya proaktif Indonesia dalam memberi kontribusi terhadap perdamaian dunia.
Saat ini, pidato Prabowo di PBB tidak hanya mencerminkan posisi Indonesia dalam forum internasional, tetapi juga mengundang perhatian besar dari berbagai pihak, termasuk para pemimpin dunia yang lain. Dengan kompleksitas permasalahan yang ada, Prabowo berharap langkah-langkah diplomatik yang diambil akan membawa perubahan positif untuk kedua negara dalam jangka panjang.





